Seno Gumira Ajidarma (Sastrawan dan Pujangga)

Diposting pada

Tim indoSastra

Profil sastrawan ini data awalnya diambil dari lembaga pemerintahan Indonesia, ini berdasarkan “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”Data tersebut kemudian diolah supaya lebih mudah dibaca.

Seno Gumira Ajidarma dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980 – 1990 an.

Sastrawan ini lahir pada tanggal 19 Juni 1958 di Boston, tapi tumbuh dan dibesarkan di Yogyakarta.

Pendidikan penting beliau yang tercatat yaitu pada tahun 1977 kuliah di Departemen Sinematografi Lembaga Kesenian Jakarta (kini IKJ, Insitut Kesenian Jakarta).

Pengalaman bekerja beliau dimulai pada tahun yang sama yaitu tahun 1977 ketika mulai bekerja sebagai wartawan lepas pada surat kabar Merdeka.

Tidak lama setelah itu, ia menerbitkan majalah kampus yang bernama Cikini dan majalah film yang bernama Sinema Indonesia.

Kemudian beliau juga menerbitkan mingguan Zaman, dan terakhir ikut menerbitkan (kembali) majalah berita Jakarta-Jakarta pada tahun 1985.

Pekerjaan sebagai wartawan dijalani Seno sambil tetap menulis cerpen dan esai.

Hingga pada awal tahun 1992 Seno dibebastugaskan dari jabatan redaktur pelaksana Jakarta-Jakarta berkaitan dengan pemberitaan tentang insiden Dili pada tahun 1991.

Setelah berhenti menjadi redaktur dan wartawan, Seno kembali ke kampus, yang ketika itu telah menjadi Fakultas Televisi dan Film, Institut Kesenian Jakarta.

Ia menamatkan studinya dua tahun kemudian.

Beliau juga pernah diperbantukan di tabloid Citra, setelah itu yakni pada akhir tahun 1993 Seno kembali diminta memimpin majalah Jakarta-Jakarta, yang telah berubah menjadi majalah hiburan.

Sejak usia 17 ia bergabung dengan Teater Alam pimpinan Azwar A.N. Sejak itu, ia terus terlibat dalam dunia kesenian.

Seno memulai kegiatan sastranya dengan menulis puisi, cerita pendek, baru kemudian menulis esai.

Puisinya yang pertama dimuat dalam rubrik “Puisi Lugu” majalah Aktuil asuhan Remy Silado, cerpennya yang pertama dimuat di surat kabar Berita Nasional,

dan esainya yang pertama, tentang teater, dimuat di surat kabar Kedaulatan Rakyat.

Lalu Seno mendirikan “pabrik tulisan” yang menerbitkan buku-buku puisi dan menjadi penyelenggara acara-acara kebudayaan.

Sampai saat ini Seno telah menerbitkan belasan buku yang terdiri kumpulan sajak, kumpulan cerpen, kumpulan esai, novel, dan karya nonfiksi.

Karya-karya Seno Gumira Ajidarma:

Buku-bukunya, antara lain, adalah sebagai berikut:

  1. Mati Mati Mati (sajak, 1975),
  2. Bayi Mati (sajak, 1978),
  3. Catatan-Catatan Mira Sato (sajak, 1978);
  4. Manusia Kamar (cerpen, 1988),
  5. Penembak Misterius (cerpen, 1993),
  6. Saksi Mata (cerpen, 1994),
  7. Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (cerpen, 1995),
  8. Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (cerpen, 1996),
  9. Negeri Kabut (cerpen, 1996),
  10. Insiden (novel, 1966),
  11. Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (esai, 1997), dan
  12. Cara Bertutur dalam Film Indonesia: Menengok 20 Skenario Pemenang Citra FFI 1973–1992 (skripsi, IKJ, 1997).

Melalui prestasinya di bidang penulisan cerita pendek, Seno Gumira Ajidarma mendapat penghargaan dari Radio Arif Rahman Hakim (ARH) untuk cerpennya Kejadian (1977),

dari majalah Zaman untuk cerpennya Dunia Gorda (1980) dan Cermin (1980, dari harian Kompas untuk cerpennya Midnight Express (1990)

dan Pelajaran Mengarang (1993), dan dari harian Sinar Harapan untuk cerpennya Segitiga Emas (1991).

Disamping itu, Seno juga memperoleh Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk kumpulan cerpen Saksi Mata (1995)

dan Penghargaan South East Asia (S.E.A.) Write Award untuk kumpulan cerpen Dilarang Mennyanyi di Kamar Mandi (1997).

Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan