Wisran Hadi (Sastrawan dan Pujangga)

Diposting pada

Tim indoSastra

Profil sastrawan ini data awalnya diambil dari lembaga pemerintahan Indonesia, ini berdasarkan “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”Data tersebut kemudian diolah supaya lebih mudah dibaca.

Wisran Hadi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1966.

Sastrawan kreatif Minangkabau ini lahir pada tanggal 27 Juli 1945 di Lapai Kota Padang.

Wisran Hadi merupakan sastrawan Indonesia asal Sumatra Barat.  Nama Hadi itu merupakan singkatan nama orang tuanya, Haji Darwas Idris.

Wisran merupakan anak ketiga dari tiga belas bersaudara.

Beliau tumbuh dalam lingkungan pendidikan agama Islam yang taat.

Ayahnya, H. Darwas Idris, adalah seorang Imam Besar Masjid Muhammadiyah Padang dan juga seorang ahli tafsir terkemuka di Indonesia.

Keseharian beliau di waktu kecil banyak dipengaruhi oleh kesenian Minangkabau tradisional, seperti pertunjukan randai dan kaba-kaba (cerita) rakyat Minangkabau.

Beliau menamatkan pendidikan dasar dan menengah di kota Padang.

Setelah menyelesaikan sekolah guru agama di Padang, Wisran melanjutkan pendidikannya ke Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta dan tamat tahun 1969.

Sejak tahun 1967, Wisran aktif melakukan pameran lukisan di kota Yogyakarta, baik sendirian maupun berkelompok.

Dalam rangka memperluas wawasannya dalam dunia sastra, Wisran pernah mengikuti International Writing Program di Iowa University, USA ( 1997); mengikuti observasi teater modern Amerika di USA (1978);

mengikuti observasi teater modern Amerika dan Jepang (1986).

Wisran tidak hanya menggeluti dunia lukis dan sastra, tetapi juga memasuki dunia akting dan aktif di berbagai kegiatan kesenian, baik tingkat daerah maupun nasional.

Kegemaran dan bakat penulis Wisran membuahkan hasil sebagai penulis drama terkemuka di Indonesia yang memiliki ciri khas kedaerahan.

Naskah drama yang dihasilkan mampu mengantarkannya sebagai pemenang lomba penulisan naskah sandiwara yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta.

Lalu beliau memperoleh penghargaan penulisan naskah sandiwara yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1975, 1981, 1984, 1985, dan 1998.

Pada tahun 1991, ia menerima penghargaan sebagai seniman teladan dari Pemda Tk, II Padang.

Beliau juga memperoleh Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa tahun 1978 atas karyanya yang berjudul “Jalan Lurus”.

Selain menulis naskah drama, Wisran juga menulis, puisi, cerpen, dan novel.

Untuk menyalurkan kreativitas generasai Padang dalam dunia teater, Wisran mendirikan sanggar Teater Bumi pada tahun 1978 di Padang.

Kelompok teater yang dipimpin Wisran Hadi itu pernah memiliki anggota sebanyak tujuh ratus orang.

Darman Moenir, salah seorang sastrawan Indonesia asal Sumatra Barat, merupakan salah satu murid Wisran Hadi.

Sekarang Wisran lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menulis setelah pensiun dari dosen tamu Fakultas Sastra Universitas Andalas dan INS Kayu Tanam.

Istrinya, Upita Agustina, juga seorang penyair.

Pasangan kreatif ini dikaruniai lima orang anak. Bersama Upita Agustine,Wisran menjalani hidup berkesenian dan menulis karya sastra.

Yang menarik dari karya-karya Wisran adalah adanya upaya untuk menghidupkan kembali tradisi dan mitos lama Minangkabau dan Melayu ke dalam bentuk kekinian, tetapi tidak tunduk pada pemikiran masyarakatnya.

Dalam karyanya Wisran berupaya mentransformasikan mitos dan nilai (lama) Minangkabau yang ada dalam tradisi dan cerita lama Minangkabau dalam bentuk yang baru.

Beliau tidak mengetengahkan mitos dan nilai lama itu sebagaimana adanya, tetapi “mengobrak-abriknya” sehingga menjadi sesuatu yang baru.

Sebagai contoh yaitu kedurhakaan Malin Kundang berubah menjadi kebaikan di tangan Wisran Hadi.

Malin Kundang yang dalam mitos Minangkabau dan cerita lama Minangkabau dikenal sebagai anak durhaka, tetapi diubah oleh Wisran menjadi anak yang berguna.

Karya-karya Wisran Hadi:

a. Drama

  1. Dua Buah Segi Tiga (1972)
  2. Sumur Tua (1972)
  3. Gaung (1975)
  4. Putri Cendana (drama anak-anak, 1975)
  5. Angsa-Angsa Bermahkota (drama anak-anak, 1975)
  6. Kejaran Bungsa (drama anak-anak, 1975)
  7. Putri Mawar (drama anak-anak, 1975)
  8. Saijah dan Adinda (drama remaja, 1975)
  9. Ehm (1975)
  10. Memuara ke Telaga (1976)
  11. Ring (1976)
  12. Tetangga (1977)
  13. Sandi Ba Sandi (1977)
  14. Payung Kuning (1977)
  15. Simpang (1977)
  16. Astaga (1977)
  17. Anggun Nan Tongga (1977)
  18. Cindua Mato (1977)
  19. Malin Kundang (1978)
  20. Malin Deman (1978)
  21. Perguruan (1978)
  22. Puti Bungsu (1979)
  23. Tuanku Yayai (1979)
  24. Imam Bonjol (1980)
  25. Terminal (operet, 1980)
  26. Kemerdekaan (1980)
  27. Baeram (kumpulan sandiwara: Baeram, Nilam Sari, Nilonali, Sutan Pamenan, Sabai, dan Istri Kita,1981)
  28. Pewaris (1981)
  29. Nurani (1981)
  30. Titian (1982)
  31. Perantau Pulau Puti (1982)
  32. Nyonya-Nyonya (1982)
  33. Tuanku Nan Renceh (1982)
  34. Sabai Nan Aluih (naskah randai, 1982)
  35. Paimbang Dunia (naskah randai, 1982)
  36. Makan Bajamba (naskah randai, 1983)
  37. Manjau Ari (naskah randai, 1984)
  38. Dara Jingga (1984)
  39. Penyeberangan (1984)
  40. Senandung Semenanjung (1985)
  41. Jalan Lurus (1985)
  42. Drama Perjuangan (1985)
  43. Teater Elektronik (1985)
  44. Kebun Tuan (1985)
  45. Ibu Suri (1988)
  46. Matri Lini (1988)
  47. Salonsong (1988)
  48. Ceramah Alamiah (1989)
  49. Mandi Angin (1999)
  50. Empat Sandiwara Orang Melayu (2000)

b. Cerita Pendek

  1. “Sketsa” (1975)
  2. “Tembok” (1976)
  3. “Nenek” (1976)
  4. “Direkturnya Seorang Sastrawan” (1977)
  5. “Sore Itu Daun-Daun Mahoni Gugur Lagi” (1977)
  6. “Pintu Gerbang” (1978)
  7. “Sri” (1979)
  8. “Harga Meja Tulis Itu” (1982)
  9. “Lawan Berat” (1982)
  10. “Tersapa Patung Kuda” (1982)
  11. “Bertanyalah Pada Dewa” (1982)
  12. “Festival Garundang” (1982)
  13. “Liem Kon Doang” (1986)
  14.  “Catatan Kumal Si Malin Kundang” (1986)
  15. “Bukan Salah Penghulu” (1986)
  16. “Penghulu Internasional” (1987)

c. Novel

  1. Bayang-Bayang dan Buih (1977)
  2. Di Pinggir Kota, di Pinggir Kita (1977)
  3. Imam (1996)
  4. Tamu (1996)
  5. Orang-Orang Blanti (2000)

d. Kumpulan Puisi

  • Simalakama (1975)

Penghargaan yang diperolehnya, antara lain:

  1. Pemenang Harapan Ketiga Lomba Penulisan Naskah Sandiwara Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk karyanya Gaung (1975),
  2. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Ring (1976),
  3. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Anggun Nan Tongga (1976),
  4. Pemenang Lomba Penulisan Nasah Sandiwara DKJ untuk karyanya Cindua Mato (1997),
  5. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Malin Kundang (1978),
  6. Pemenang LombaPenulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Perguruan (1979),
  7. Pemenang lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Imam Bonjol (1980),
  8. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Pewaris (1981),
  9. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Penyeberangan (1984),
  10. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Senandung Semenanjung (1985),
  11. Pemenang Lomba Penulisan Naskah Sandiwara DKJ untuk karyanya Gading Cempaka (1998),
  12. Penghargaan Sastra dari Pusat Bahasa atas karyanya Jalan Lurus (1991),
  13. Penghargaan sastra SEA Write Award dalam karyanya Empat Sandiwara Orang Melayu (2000),

Walaupun dalam berkarya Wisran tidak pernah membayangkan akan menerima bermacam penghargaan, komitmennya terhadap khazanah sastra Indonesia sangat besar sehingga ia memperoleh berbagai penghargaan.

Lalu pada tahun 2000 Wisran berkesempatan menjadi pembimbing dalam Program Penulisan Mastera dengan peserta penulis muda dari tiga anggota Mastera, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia.

Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan