Sinopsis Novel Pertemuan Djodoh – Abdul Muis

Diposting pada

Sastra Angkatan Balai Pustaka

Karya: Abdul Muis

Ringkasan Umum:

Dua sejoli yang saling mencintai tidak direstui karena beda status sosial. Setelah melalui musibah yang silih berganti, dan maut hampir menjemput sang perempuan, tapi ternyata akhirnya mereka akhirnya bertemu. Bertemu Djodoh, bahagia, dan penuh cinta.

Ratna adalah anak perempuan Pak Atmaja yang memiliki usaha pembakaran kapur di Tagog Apu, sebuah daerah dekat Cimahi, Jawa Barat.

Ratna sekolah di Frobel kweekschool. Suatu hari dia naik kereta api dari Jakarta menuju Bandung.

Dalam perjalanan ia berkenalan dengan pemuda bernama Suparta. Dia mencarikan tempat duduk untuk gadis itu, karena tempatnya dipenuhi barang-barang milik sepasang suami istri Tionghoa.

Ketika kereta sampai di Stasiun Cimahi, Suami istri Tionghoa itu ditahan polisi karena terbukti membawa obat-obatan terlarang.

Selama perjalanan, mereka pun saling bekenalan. Pertemuan mereka membawa kesan yang mendalam bagi Ratna dan Suparta.

Karena ada rasa ketertarikan, Suparta bahkan sampai mengantar Ratna sampai ke halaman sekolahnya.

Setelah itu, hubungan mereka tidak berakhir ketika mereka melanjutkan aktivitas pada hari itu. Beberapa hari kemudian mereka pun saling berkirim surat.

Suparta adalah mahasiswa dari STOVIA ( School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten) yang merupakan Sekolah Kedokteran bagi orang Bumi Puterayang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kampung Suparta adalah Sumedang.

Beberapa bulan kemudian, melalui suratnya, Suparta mengutarakan keinginannya untuk menikahi Ratna.

Lalu Ratna membalasnya dan menyambut baik niat Suparta.

Setelah itu Ratna pergi ke Sumedang sambil menghabiskan masa liburannya di dan berkenalan juga dengan keluarga Suparta.

Ternyata sambutan Ibu Suparta tidak begitu ramah. Ratna kecewa terhadap sikap Nyai Raden Tedja Ningrum yang memandangnya dengan sinis, setelah mengetahui bahwa Ratna bukan keturunan ningrat.

Bahkan Ibu Suparta sengaja membicarakan nama gadis lain yang dianggapnya lebih pantas untuk anaknya, yang tak lain adalah teman sekelas Ratna di Frobelkweekschool.

Kemudian Ratna meninggalkan Sumedang. Karena ucapan Ibu Suparta, Ratna bertekad untuk melupakan Suparta.

Lalu berita pertunangan Suparta dengan Nyai Raden Siti Halimah tidak membuatnya putus asa.

Tapi sayang ada musibah lain terpaksa harus ia terima. Usaha pembakaran kapur milik ayahnya, Tuan Atmaja, bangkrut. Akibatnya Ratna memutuskan untuk keluar dari sekolahnya karena tidak ada biaya.

Musibah silih berganti tidak membuat Ratna patah semangat. Lalu ia pun  berusaha mencari pekerjaan dan ia menjadi pelayan toko.

Gaji yang ia terima sebagai pelayan toko digunakan untuk membiayai sekolah adiknya yang bernama Sudarma.

Tapi setelah empat bulan ia bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Ratna kembali menganggur dan tidak lama kemudian ia melamar pekerjaan di kantor advokat.

Apa daya, Ratna terpaksa mengurungkan niatnya karena si advokat itu berusaha menggodanya.

Dalam suasana hati yang kacau, Ratna berjalan di depan sebuah rumah besar.

Pikirannya kemudian muncul, menjadi pembantu rumah tangga pun dia mau, yang penting pekerjaan halal. Akhirnya ia menjadi pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.

Di lain pihak, Suparta yang sudah menjadi dokter berusaha menjumpai Ratna kembali.

Ia kehilangan jejak kekasihnya itu. Ia juga menyesalkan sikap ibunya yang menolak keinginannya untuk memperistri Ratna.

Tapi sayang, ketika sikap keras hati ibunya itu melunak, Suparta tidak dapat menemui Ratna lagi.

Melalui pertolongan direktris Frobelkweekschool, dokter muda itu memperoleh alamat orang tua Ratna di Tagog Apu.

Ternyata, di rumah orang tua Ratna, Suparta juga tak menjumpai gadis itu.

Orang tua Ratna yang melihat kesungguhan Suparta merasa tersentuh hatinya sehingga mereka memberitahukan alamat Ratna di Kebon Sirih.

Tapi betapa terkejutnya Suparta ketika mendengar bahwa Ratna sudah berangkat ke Jakarta bersama adiknya pagi itu, sedangkan pemilik rumah tempat Ratna menumpang tidak mengetahui tujuan kakak beradik itu ke Jakarta.

Di lain pihak, selama Ratna menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai cobaan harus diterimanya dengan tabah.

Kehadirannya dalam keluarga itu tidak luput dari rasa iri Jene, pembantu yang juga bekerja pada keluarga Kornel.

Suatu ketika, Ratna dituduh mencuri perhiasan Nyonya Kornel atas fitnah Jene, kemudian Ratna dibawa ke kantor polisi.

Tapi Ratna melarikan diri ketika para polisi yang menjaganya lengah. Kemudian terjun ke sungai di sekitar Jembatan Kwitang.

Beruntung, nyawanya masih dapat diselamatkan. Dalam keadaan sekarat, ia dibawa ke rumah sakit.

Tuhan punya kuasa. Secara kebetulan dokter yang merawat Ratna adalah Suparta.

Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati keduanya. Keyakinan Suparta bahwa Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu.

Demi memulihkan nama baik Ratna, Suparta menyiapkan seorang pengacara terkenal untuk mendampingi gadis pujaannya di pengadilan, karena Ratna masih harus berurusan dengan penegak hukum.

Di pengadilan, terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan Nyonya Kornel ternyata adalah Amat, kekasih Jene.

Pembantu keluarga Kornel yang bernama Jene itu diduga diperalat oleh kekasihnya.

Pengadilan juga memutuskan bahwa Amat bersalah dan diganjar 5 tahun penjara.

Sementara itu, Jene tidak dikenakan hukuman walaupun sebenarnya harus dituntut.

Sementara itu, sidang pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma, adiknya, schatter pegadaian Purwakarta yang bertindak sebagai saksi pertama.

Lalu atas kesepakatan Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah paviliun “Bidara Cina”.

Ratna tidak diperbolehkan bertemu dengan sembarang orang, kecuali Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya.

Lambat laun, kesehatan Ratna mulai pulih. Ia juga mulai dapat mengingat-ingat segala sesuatunya termasuk hubungannya dengan Suparta.

Ketika Ratna meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta langsung melamarnya.

Tuan Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma menyelenggarakan pesta perkawinan anaknya dengan Dokter Suparta.

Rasa haru dan bahagia pengantin baru itu bertambah lagi ketika mereka pulang ke Tagogapu.

Rumah ayah Ratna yang kini lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Demikian pula dengan Tuan Atmaja yang sekarang sudah lebih baik berkat bantuan kedua anaknya.

Akhirnya, pengantin baru itu menempati sebuah rumah besar, bersebelahan dengan rumah orang tua Ratna.

Rumah itu sengaja dibangun Suparta sebagai hadiah perkawinan bagi istrinya.