Berikut adalah salah satu cerita rakyat Provinsi Jawa Timur yaitu legenda “Keong Emas Versi 1” yang dikisahkan secara turun temurun.
Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak-anak.
Ini adalah cerita dahulu pada suatu masa di suatu daerah terdapatlah sebuah keluarga yang kaya dan mempunyai pangkat yang tinggi.
Keluarga ini memiliki anak laki-laki yang bernama Galoran. Pemuda ini disegani masyarakat sekitar karena kekayaan dan pangkat orangtuanya.
Tapi sayang, pemuda tersebut memiliki sifat yang tidak baik. Galoran adalah orang yang boros, suka foya-foya, dan malas.
Hampir tiap hari dia hanya menghambur-hamburkan uang dan harta orangtuanya.
Yang lebih parah lagi setelah orang tuanya meninggal dunia, ternyata dia semakin sering berfoya-foya.
Banyaknya harta yang dihamburkan, lama-lama habislah harta peninggalan orangtuanya. Sekarang dia tidak punya apa-apa lagi.
Tapi Galoran tidak kunjung sadar juga, meskipun dia tidak memiliki harta lagi sama sekali.
Dia tetap saja setiap hari hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan.
Hal ini membuat warga kampung menjadi kasihan melihatnya. Tapi setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya.
Ternyata Galoran tidaklah bekerja, tapi hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut.
Hingga akhirnya Galoran berkenalan dengan seorang janda kaya. Lalu pemuda itu dijadikan sebagai teman hidupnya.
Tanpa pikir panjang, Galoran langsung menerima dan merasa sangat senang.
Maka di dalam hati dia tertawa girang: “Pucuk dicinta ulam pun tiba”.
Karena cukup berumur, ternyata janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean.
Karena hasil tenunan Jambean sangatlah indah dan bagus, maka tak heran karyanya sampai dikenal di seluruh penjuru kampung.
Di lain pihak, ternyata Galoran sangat membenci anak tirinya tersebut, karena seringkali Jambean menegur ayah tirinya karena setiap hari selalu bermalas-malasan.
Hingga akhirnya rasa benci Galoran sedemikian dalamnya pada Jambean, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri.
Dengan tajam dia berkata pada istrinya bahwa dia sangat membenci Jambean. Banyak kata-kata menyakitkan keluar dari mulut Galoran.
Tapi sang istri dengan sabar mendengar kata-kata suaminya. Bahkan setiap kata kasar dia jawab dengan kebenaran fakta, dan tak lupa memberi nasehat halus.
Hingga akhirnya ada kata yang sangat menyakitkan terdengar oleh sang janda.
Bahwa Galoran menyuruh istrinya memilih apakah Jambean atau Galoran yang akan pergi. Artinya, dia mau mengusir anak tirinya dengan ultimatum kasar.
Mendengar hal itu, Ibu Jambean menjadi sangat sedih. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya.
Ibu tadi meratap: “Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak” serunya lirih.
Dengan suara penuh kasih Jambean menjawab: “Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku”. Setelah itu terhening sejenak. “Nah selesai sudah”
Habis itu dengan segera Jambean langsung mendapatkan ibunya yang tengah bersedih.
“Mengapa emak bersedih saja”
Maka setelah itu diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean.
Betapa terkejutnya Jambean mendengar hal tersebut.
Lalu dengan sedih Jambean pun berkata: “Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak”.
“Tapi hanya ada satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan” jawabnya lagi.
Kemudian dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Setelah itu sang ibu menangis tersedu-sedu karena dukanya sangatlah dalam.
Beberapa hari kemudian. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya. Betapa sedihnya hati sang Ibu melihat anaknya dibunuh oleh suaminya sendiri
Kemudian sesuai permintaan Jambean. Dengan penuh perasaan duka, kemudian sang ibu membuang mayatnya di bendungan.
Ternyata ada hal aneh yang terjadi, dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput.
Kemudian tempat itu dikenal masyarakat terkenal dengan sebutan Keong Mas. Karena siput dalam bahasa jawa disebut Keong.