Legenda: “Puteri Junjung Buih” (Cerita Rakyat Kalimantan Selatan)

Diposting pada

Ini adalah salah satu cerita rakyat Kalimantan Selatan yaitu legenda “Puteri Junjung Buih” yang dikisahkan secara turun temurun.

Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak-anak.

Alkisah dulu pada suatu masa, di Kalimantan Selatan terdapatlah sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Amuntai.

Tapi Kerajaan Amuntai ini cukup unik, karena berbeda dengan kerajaan pada umumnya. Bedanya adalah kerajaan ini diperintah oleh dua orang bersaudara.

Raja yang pertama atau yang lebih tua bernama Parmaraga.

Sedangkan Raja kedua, atau adik dari raja yang pertama mempunyai nama Sukmaraga.

Tapi sayang, ada satu hal yang membuat kedua raja tersebut bersedih.

Karena dua raja kakak adik ini sama-sama belum punya keturunan atau anak.

Walau sama-sama ingin punya anak, tapi Raja Kedua yang bernama Sukmaraga mempunyai keinginan yang lebih besar untuk punya anak.

Oleh karena itu, Sukmaraga berusaha lebih keras untuk dapat memiilki anak.

Maka setiap malam ia dan permaisurinya memohon kepada para dewa agar dikarunia sepasang putera kembar.

Setelah sekian lama berdoa, ternyata akhirnya doa tersebut ada tanda-randa akan dikabulkan oleh para dewa.

Sukmaraga lalu mendapatkan petunjuk dari para dewa.

Dia disuruh pergi untuk bertapa ke sebuah pulau di dekat kota Banjarmasin.

Tanpa menunggu lama-lama, kemudian Sukmaraga memutuskan untuk segera berangkat menuju pulau tersebut untuk bertapa.

Akhirnya mulailah Sukmaraga bertapa di sana.

Kemudian di dalam pertapaannya, ia mendapat wangsit agar meminta istrinya menyantap bunga Kastuba.

Setelah mendapat wangsit, dengan segera Sukmaraga pun mengikuti perintah itu.

Ia lalu mencari bunga Kastuba, kemudian menyerahkan pada istrinya untuk disantap.

Ternyata benarlah petunjuk yang dia dapatkan dari para dewa. Maka beberapa bulan kemudian istrinya pun jadi hamil.

Betapa bahagianya Raja Nomor Dua ini. Istrinya pun jadi riang ceria.

Kedua pasangan kerajaan ini lalu melalui har-hari yang penuh senyuman.

Mereka menikmati masa kehamilan dan berharap banyak semoga anaknya lahir selamat dan sehat.

Setelah lebih dari 9 bulan masa kandungan, akhirnya sang permaisuri melahirkan dengan selamat.

Alangkah lengkapnya kebahagiaan raja dan permaisuri, karena anak mereka adalah kembar.

Kemudian kedua orang tua memandang dengan penuh kasih pada anak mereka.

Betapa senangnya hati mereka, karena kedua anak tersebut mempunyai wajah dan penampilan yang bersih dan rupawan.

Di lain pihak, Raja Pertama atau Raja Tua pun merasa ingin juga punya anak, karena dia melihat betapa bahagianya sang adik yang memiliki anak.

Oleh karena itu Raja Tua kemudian juga ingin berdoa seperti yang telah dilakukan oleh Raja Muda dulu.

Raja Tua atau Parmaraga pun segera berdoa dan memohon kepada para dewa supaya dikaruniai keturunan.

Setelah beberapa waktu berdoa, akhirnya dia juga mendapat wangsit. Parmaraga disuruh dewa untuk pergi bertapa ke Candi Agung.

Candi ini terletak di luar kota Amuntai.

Karena keinginan yang kuat, kemudian Raja Tua pun segera pergi ke Candi Agung.

Di tempat itu dia pun mulai melakukan pertapaan dengan tekun.

Setelah selesai menjalankan pertapaan, dia pun segera pulang.

Dalam perjalanan pulang, Raja Tua menemukan seorang bayi perempuan sedang terapung-apung di sebuah sungai.

Raja tersebut menemukan seorang bayi yang terapung-apung diatas segumpalan buih.

Oleh karena itu, bayi yang sangat elok itu, kelak suatu saat nanti akan bergelar Puteri Junjung Buih.

Dengan sigap, Raja Tua segera memerintahkan pengetua istana yang bernama Datuk Pujung, untuk mengambil bayi tersebut.

Bayi itu pun diambil dan diselamatkan. Tapi betapa terkejutnya rombongan kerajaan tersebut, karena bayi itu sudah dapat berbicara.

Bahkan ketika sebelum diangkat dari buih-buih itu, bayi tersebut meminta untuk ditenunkan selembar kain dan sehelai selimut yang harus diselesaikan dalam waktu setengah hari.

Tak tanggung-tanggung, ternyata sang bayi juga meminta untuk dijemput dengan empat puluh orang wanita cantik.

Setelah menyaksikan peristiwa ajaib ini, dan setelah mendengar permintaan bayi tadi,

lalu Raja Tua dengan segera melaksanakan sayembara untuk memenuhi permintaan bayi tersebut.

Sang Raja kemudian menyampaikan hadiah sayembara, yaitu akan mengangkat orang yang dapat memenuhi permintaan bayi tersebut menjadi pengasuh dari puteri ini.

Lalu diadakanlah sayembara tersebut, setelah selesai, didapati pemenangnya adalah seorang wanita yang bernama Ratu Kuripan.

Ratu Kuripan memiliki banyak keahlian, di samping pandai menenun, wanita ini pun memiliki kekuatan gaib yang luar biasa.

Setelah dilihat oleh semua orang, ternyata Ratu Kuripan dapat memenuhi persyaratan sayembara hanya dalam waktu yang sangat cepat.

Bahkan dia pun menyelesaikan pekerjaannya dengan hasil yang luar biasa dan mengagumkan.

Kain dan selimut yang ditenunnnya sangatlah indah, membuat semua orang senang melihatnya.

Hadiah sayembara pun segera diumumkan oleh Raja Tua. Karena dia dulu menjanjikan, kemudian Raja Tua mengangkat Ratu Kuripan menjadi pengasuh si puteri, yang diberi nama “Putri Junjung Buih”.

Pemberian nama Putri Junjung Buih, ternyata diilhami oleh proses penemuan sang bayi,

yang dulu ditemukan oleh Raja Tua yang pada waktu itu sang bayi sedang terapung-apung di atas segumpalan buih pada sebuah sungai.