Sinopsis Cerpen: Tangkaplah Daku, Kau Kujitak! (Serial Lupus) – Hilman Hariwijaya

Diposting pada

Sastra Angkatan 1980 – 1990 an.

Dari serial novel Lupus 1: Tangkaplah Daku, Kau Kujitak!

Karya Hilman Hariwijaya, tahun penulisan: 1986

Ringkasan Umum:

Ini adalah salah satu cerpen tentang lupus yang pernah dimuat di majalah Hai, dan terdapat dalam novel Lupus 1: Tangkaplah Daku, Kau Kujitak!

Lupus adalah seorang siswa yang bersekolah di SMA Merah Putih.

Dia memiliki gaya dan ciri yang khas, yaitu: badan kurus dan sedikit tinggi, suka pakai baju lengan panjang, model rambutnya yaitu bagian depan yang panjang hampir menutupi mata,

bagian samping dipotong rapi ke arah belakang, dan bagian belakang terlihat panjang hampir menutupi kerah baju.

Ciri lupus yang lain yaitu dia gemar mengunyah permen karet, dan sering pula membuat balon besar dari permen karet tersebut.

Dia juga suka menulis artikel dan kadang juga cerpen di majalah remaja.

Dari hasil menulis tersebut, dia tak pernah minta uang dari ibunya.

Seperti biasa, kalau pergi sekolah Lupus sering naik bis kota, tapi kali ini dia disuruh guru biologi membawa contoh-contoh tanaman dan baju praktek. 

Jadinya dia agak kerepotan naik bis.

Walau susah payah di dalam bus yang penuh sesak, Lupus berhasil berkenalan dengan seorang cewek cantik yang bernama Yanti.

Mereka lalu ngomong banyak mulai dari soal sekolah, cuaca, film, musik, dan makanan favorit. Mereka jadi akrab dan sangat dekat.

Sementara lalu lintas sedang macet. Kalau pagi memang banyak orang yang bertugas.

Tapi Lupus tidak menyesali macet ini. Malah bersyukur.

Sampai di Senayan, ada seseorang yang turun dan meninggalkan bangku kosong yang langsung diduduki Yanti.

Lupus pun segera menitipkan bawaannya yang banyak kepada Yanti.

Contoh-contoh tanaman serta diktat yang besar-besar.

Tapi pembicaraan mereka terputus karena ada pula seorang cowok lain yang juga ngomong dengan Yanti.

Lupus jadi kesal. Sampai akhirnya buru-buru turun.

Tapi sayang, hal ini membuat dia lupa membawa turun barang bawaannya yang banyak.

Lupus jadi sangat kesal dan ingin berteriak.

Lalu dia mengambil permen karet dan menggigitnya keras-keras.

Tiba-tiba terdengar suara seorang cewek yang memanggil Lupus.

Ternyata dia adalah Yanti yang membawa barang bawaan Lupus yang tertinggal.

Harusnya Yanti turun di Mayestik, tapi dia bela-belain untuk mengembalikan barang bawaan lupus yang terlupa.

“Wah, makasih banget, Yan! Bawa sini dong!” sahut Lupus girang sambil menghampiri Yanti.

Tapi Yanti malah menjauh sambil tertawa-tawa. ”Ayo, tangkap dulu, dong. Hahahaha”

Dengan romantise dadakan, Lupus dengan mudah menangkap Yanti.

Setelah itu Lupus pun dengan setia menemani Yanti menunggu bis yang akan lewat berikutnya.

Lupus sangat menikmati suasana ini. Tidak peduli bel sekolah yang berdentang di kejauhan.

Dan dia malah bersyukur ketika bis yang ditunggu tak kunjung tiba.