Sastra Angkatan Balai Pustaka
Karya: Merari Siregar
Ringkasan Umum:
Sifat buruk Ayah seperti berjudi, suka marah, main pukul, dan berbicara kasar, menimbulkan kesengsaraan pada istri dan anaknya.
Disamping jatuh miskin juga tidak dihargai orang lain.
Akibatnya adalah anak perempuan yang baik ketika jatuh cinta secara alami dengan seorang pria yang sangat dikenal dengan baik, tapi cinta mereka tidak direstui karena keluarga wanita tersebut miskin.
Penderitaan wanita tersebut tidak putus-putusnya karena dijodohkan dengan orang yang tidak jelas asal-usulnya dan ternyata sangat kejam.
Aminudin dan Mariamin selalu bersama sejak kecil. Karena pergaulan mereka yang dekat dan juga mereka adalah saudara sepupu, maka antara Mariamin dan Aminuddin timbul rasa cinta.
Karena Aminuddin adalah seorang anak yang baik budinya, maka Ibu Mariamin merestui hubungan itu.
Apalagi ibunya mengharapkan agar anak perempuannya dapat hidup berbahagia tidak menderita miskin seperti keadaan mereka saat ini.
Keluarga Aminuddin adalah keluarga kaya dan terpandang.
Ayah Aminuddin yaitu Baginda Diatas adalah seorang kepala kampong, bangsawan kaya dan disegani oleh bawahannya karena sifat-sifatnya yang mulia serta kerajinan kerjanya.
Sifat Baginda Diatas ditiru oleh anaknya.
Keluarga Mariamin adalah keluarga miskin. Ayah Mariamin yaitu Tohir dengan gelar Sutan Baringin.
Berbeda dengan keluarga Aminuddin, keluarga Mariamin adalah keluarga miskin disebabkan oleh tingkah laku ayahnya (almarhum) yang suka berjudi, pemarah, mau menang sendiri, serta suka berbicara kasar.
Ayah Mariamin sering membuat masalah dengan orang lain, lama-lama keluarga Mariamin jatuh miskin.
Hingga akhir masa hidupnya, Tohir (Sultan Baringin) menjalani hidup sengsara bersama istrinya yang bernama Nuria.
Kisah cinta Aminuddin dan Mariamin semakin bersemi ketika suatu hari Mariamin tergelincir dari sebuah jembatan bambu.
Tanpa pikir panjang Aminuddin terjun ke sungai menyelamatkan jiwa Mariamin.
Mariamin dapat diselamatkan, dan merasa amat berhutang budi pada sepupunya itu.
Tapi sayang hubungan cinta mereka tidak disetujui oleh Baginda Diatas karena keluarga Mariamin adalah keluarga miskin dan tidak berasal dari kalangan terpandang.
Oleh sebab itu Aminuddin berangkat meninggalkan Sipirok menuju ke Deli (Medan) untuk bekerja.
Aminuddin berjanji pada Mariamin untuk menikahinya pada saat dia mampu menghidupi calon istrinya.
Setelah Aminuddin pergi, Mariamin sering berkirim surat dengan Aminuddin.
Ia selalu menolak lamaran pemuda lain untuk meminangnya karena kesetiaannya pada Aminuddin semata.
Setelah bekerja dengan mantap di Medan, Aminuddin memberi kabar kepada Mariamin melalui surat untuk segera menyusulnya ke Medan, dan akan menjadi isterinya.
Kabar itu juga disampaikan kepada keluarga Aminuddin sendiri.
Ibu Aminuddin senang dengan rencana anaknya, akan tetapi suaminya Baginda Diatas tidak menyetujui hubungan Aminuddin dan Mariamin.
Supaya tidak menyakitkan hati isterinya diam-diam pergi ke dukun menanyakan siapakah jodoh Aminuddin sebenarnya.
Lalu dia menyampaikan pada isterinya bahwa menurut dukun, jodoh Aminuddin bukanlah Mariamin, tapi seorang puteri kepala kampong lain yang cantik dan kaya.
Tanpa memberi tahu Aminuddin, Baginda Diatas membawa calon menantunya yang akan dijodohkan dengan Aminuddin di Medan.
Alangkah sedih hati Aminuddin mendapat jodoh bukan pilihan hatinya, tapi dia tidak kuasa menolak keinginan ayahnya serta adat istiadat yang kuat dianut masyarakat.
Setelah itu Aminuddin memberi tahu Mariamin melalui surat mengenai pernikahannya yang tidak tidak dia inginkan, hanya terpaksa, dan tidak berdasarkan cinta.
Kepada Mariamin, Aminuddin mohon agar dimaafkan dan meminta Mariamin berlaku sabar menerima cobaan.
Akhirnya Mariamin jatuh sakit karena cintanya yang kandas.
Lalu Baginda Diatas datang ke rumah Mariamin untuk meminta maaf dan menyesali segala perbuatannya setelah melihat sifat-sifat Mariamin yang baik.
Tidak sampai satu tahun sesudahnya Mariamin dikawinkan dengan Kasibun, lelaki yang tiada jelas asal usulnya.
Kasibun mengaku bekerja sebagai kerani di Medan.
Ibunya berharap, pernikahan anaknya dengan Kasibun akan mengurangi beban penderitaan mereka.
Ternyata kemudian diketahui, suaminya baru saja menceraikan isterinya di Medan untuk mengawini Mariamin. Bersama Kasibun, Mariamin tinggal di Medan.
Di Medan kehidupan Mariamin makin menderita dan tambah sengsara. Kasibun memiliki penyakit kelamin.
Oleh karenanya Mariamin sering menghindar ketika diajaknya behubungan intim. Pertengkaran demi pertengkaran tak dapat lagi dihindarkan.
Kasibun tak sering berlaku kasar kepada istrinya dan sering memukul
Suatu hari Aminuddin mengunjungi Mariamin di rumahnya.
Pertemuan kekasih lama yang tanpa diduga itu memang membuat terkejut Mariamin.
Kasibun merasa cemburu dan kemudian menyiksa Mariamin tanpa belas kasihan.
Akibat siksaan itu Mariamin merasa tidak tahan hidup bersama suaminya.
Mariamin kemudian datang ke kantor polisi dan melapor. Lalu mengadukan perkaranya.
Kasibun kalah perkara. Dengan membayar denda sebesar duapuluh lima rupiah, Kasibun harus mengaku bersalah dan merelakan Mariamin bercerai darinya.
Mariamin yang sudah jadi janda pulang ke kampung halamannya di Sipirok.
Badannya jadi kurus dan selalu sakit-sakitan. Hingga akhirnya dia meninggal karena banyak azab dan hidup yang sangat sengsara.