Sastra angkatan 1980 – 1990 an
Karya: Ahmad Tohari
Ringkasan Umum:
Novel ini bercerita tentang pahit dan susahnya hidup seorang wanita bernama Lasi.
Dia adalah seorang wanita yang sangat cantik dan mirip orang jepang. Sehingga dia disebut Bekisar Merah yang berarti hiasan yang sangat indah. Juga bercerita tentang cinta yang terpendam.
Di sebuah desa terpencil bernama kampung Karangsoga terdapat sepasang suami istri bernama Darsa dan Lasi.
Mereka hidup sangat sederhana dengan pekerjaan sebagai penyadap nira. Sering disebut penderes nira atau penderes kelapa.
Mereka belum juga punya anak walaupun sudah tiga tahun menikah. Tapi Darsa tetap bahagia karena istrinya Lasi adalah wanita cantik berkulit putih dan mirip orang jepang.
Mengangkat pongkor adalah pekerjaan sehari-hari Darsa. Pada suatu hari, dia agak telat sampai ke rumah, sampai sore belum pulang juga.
Mengingat pekerjaan suaminya yang sering memanjat pohon nira yang mempertaruhkan nyawa,
Lasi pun menjadi khawatir dan cemas pada keadaan suaminya. Tiba-tiba datang seorang lelaki membopong Darsa.
Ternyata orang yang dibopong adalah suaminya Darsa yang jatuh dari pohon kelapa dan sekarat.
Seketika Lasi terperanjat dan histeris, sebab dia tidak punya uang untuk membiayai pengobatan suaminya.
Kemudian Lasi yang panik meminta bantuan warga sekitar. Untunglah ada Eyang Mus yang menyarankan agar Darsa dibawa ke rumah sakit.
Setelah dirawat sekian hari, ternyata penyakit Darsa tidak sembuh juga. menurut dokter, Darsa harus dioperasi karena Darsa masih sering kencing dicelana dan juga menjadi lemah syahwat.
Karena tidak punya uang untuk operasi, akhirnya Darsa dibawa pulang. Lalu dipilihlah pengobatan murah yaitu pergi ke dukun yang bernama Bunek.
Ternyata Bunek adalah dukun yang tekun dan sabar, dia merawat Darsa setiap hari tanpa kenal lelah.
Berangsur-angusur sampai akhirya Darsa sembuh dari penyakitnya dan diharapkan juga sembuh dari lemah syahwat.
Lalu Bunek ingin membuktikan kejantanan Darsa dengan cara berhubungan dengan anaknya bernama Sipah yang cacat dan kakinya pincang.
Bunek juga menganggap inilah cara untuk membalas jasanya yang membuat Darsa sembuh.
Sejujurnya Sipah menolak keinginan ibunya karena dianggap melanggar hukum agama.
Tapi karena dibujuk dan didesak terus, dengan berat hati Sipah mau melakukan hal itu.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Darsa yang sejujurnya tidak mau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan agama dan hati nuraninya.
Apalagi Darsa tidak mau menyakiti hati istrinya Lasi. Akhirnya Darsa melakukan suruhan Bunek tadi.
Sedangkan di lain pihak, istri Darsa yang bernama Lasi kembali mendapat cobaan baru atas kejadian Darsa menggauli Sipah atas suruhan Bunek.
Memang dari dulu hidup Lasi selalu susah.
Semenjak Lasi kecil sudah sering menjadi obrolan warga kampung dan warga sekitar.
Karena Lasi memiliki wajah mirip orang jepang, bahkan terkadang anak-anak desa sering mengejek lasi dengan sebutan “lasipang” atau Lasi anak Jepang.
Sementara ada teman Lasi yang bernama Kanjat. Dia adalah pemuda baik dan tidak mau mengejek Lasi.
Kanjat adalah salah satu dari sangat sedikit lelaki yang budi pekertinya baik dan tidak nakal.
Karea penasaran sering jadi pembicaraan warga, maka suatu hari Lasi memberanikan diri bertanya tentang siapa ayah kandung atau ayah biologisnya.
Setelah ditelusuri, ternyata Ayah Lasi yang sekarang yaitu Pak Wiryaji bukanlah Ayah kandung Lasi.
Informasi itu didapat dari Mbok Wiryaji yang pada awalnya tidak mau memberitahu pada Lasi.
Mbok Wiryaji akhirnya menerangkan juga siapa ayah kandung Lasi.
Dia juga menjelaskan kronologis bagaimana ceritanya dia berhubungan dengan orang Jepang yang menjadi ayah kandung Lasi.
Mendengar keterangan itu Lasi jadi tahu akan asal-usulnya, walau akhirnya dia menjadi sedih.
Sementara itu, ternyata kesembuhan Darsa memang terbukti. Sipah menjadi hamil setelah berhubungan dengannya.
Karena anaknya sudah hamil, lalu Bunek menuntut Darsa untuk menikahi Sipah Anaknya
Mendengar khabar tentang hal itu, hati Lasi bertambah sedih. Dia tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan, hidupnya serasa hancur.
Akhirnya secara diam-diam Lasi berniat meninggalkan Desa Karangsoga yang penuh peristiwa menyakitkan baginya.
Lasi lalu menumpang truk yang dikemudikan Pardi tetangganya.
Jakarta adalah tempat yang dituju Lasi. Di ibukota ini Lasi dititipkan di warung makan milik Bu Koneng langganan Pardi.
Kemudian Bu Koneng pun membujuk Lasi untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempekerjakan Lasi sebagai pelayan warungnya.
Bu Koneng prihatin pada nasib Lasi. Dia selalu mendengarkan cerita Lasi di kampung dan tentang suaminya.
Bu Koneng juga sering memuji kecantikan Lasi. Karena makin hari makin akrab, akhirnya Lasi mau juga tinggal bersama Bu Koneng.
Pada suatu hari datang seorang tamu bernama Bu Lanting ke rumah Bu Koneng.
Berawal dari sinilah Lasi berkenalan dengan Bu Lanting yang sering memanfaatkan para wanita cantik untuk diperistrikan pejabat-pejabat kaya.
Melihat kecantikan Lasi, maka pada suatu hari Bu Lanting kembali datang ke rumah Bu Koneng.
Kedatangannya membawa hadiah mewah untuk Lasi berupa pakaian lengkap yang bagus kualitasnya.
Kemudian Lasi menerima hadiah tersebut, dan mencoba pakaian bagus tersebut.
Tapi tiba-tiba Lasi ingat pesan Mbok Wiryaji yang mengatakan jika ada yang memberi sesuatu pasti dia akan menuntut imbalan.
Pesan inilah yang selalu diingat oleh Lasi.
Setelah itu Lasi tinggal bersama Bu Lanting. Kemudian Lasi menjadi wanita yang sangat tercantik setelah diberi pakaian bagus.
Dia juga sering diajak jalan-jalan keliling ibukota. Lasi hanya menurut setiap tawaran Bu Lanting karena telah menganggap sebagai anak angkatnya.
Hinga akhirnya Bu Lanting memperkenalkan Lasi dengan seorang pengusaha kaya yang sudah berumur 50 tahunan.
Lelaki tua yang benama Handarbeni itu tergoda hatinya.
Lasi pun menjadi pasrah pada nasihat Bu Lanting yang selama ini baik padanya.
Lasi yang dulu selalu hidup susah kini mulai berpikir karena akan dinikahi Handarbeni. Bu Lanting bilang, siapa yang mau menolak keberuntungan,
Di lain pihak, Bu Lanting sangat beruntung jika Lasi mau menjadi istri Handarbeni,
maka dia akan mendapat harta melimpah karena menyediakan bekisar merah untuk orang kaya.
Sempat ada peluang bagi Lasi untuk tidak jadi dinikahi lelaki tua Handarbeni.
Dia ada kesempatan untuk pulang ke Desa Karangsoga ketika diajak oleh Kanjat. Tapi saat itu Lasi menolak.
Sedangkan di dalam hati, sebenarnya Kanjat sejak saat itu mulai tersentuh hatinya terhadap Lasi begitupun Lasi kepada Kanjat, tapi mereka hanya menyimpannya dalam hati.
Akhirnya Lasi pun menjadi nyonya Handarbeni, hidupnya tidak ada kekurangan semuanya tercukupi.
Sejak saat itu hidup Lasi tak ubahnya Bekisar Merah, unggas cantik yang sering menjadi hiasan rumah orang kaya.
Tapi itu hanya beberapa waktu saja. Lasi merasa kecewa terhadap Handarbeni yang impoten.
Lasi tambah kecewa ketika Handarbeni menyuruhnya untuk mencari kepuasan seksual dengan pria lain.
Akhirnya minta ijin pulang kampung ke Desa Karangsoga untuk sementara waktu.
Lasi pun dengan diantar mobil mewah lengkap dengan sopirnya. Hal ini membuat warga Karangsoga kagum atas kemewahan yang dimiliki Lasi.
Karena keadaan berubah, Lasi memutuskan tinggal lebih lama di kampungnya. Dia memanfaatkan kesempatan dengan membangun rumah orang tuanya.
Suaminya Handarbeni terkadang juga datang memberi bantuan dana kepada desa untuk membangun infrastruktur.
Sekarang warga desa dan tetangga Lasi terbalik menjadi hormat pada Lasi, walau dulu sering menghinanya karena miskin.
Hingga pada suatu hari Lasi bertemu lagi dengan teman kampungnya yang baik yaitu Kanjat.
Ternyata Kanjat membutuhkan dana besar untuk penelitiannya. Lasi bermaksud membantu Kanjat.
Waktu bertemu Kanjat, sebenarnya Lasi bermaksud menceritakan peristiwa pahit yang dialaminya di Jakarta.
Dia juga ingin menyampaikan bahwa ingin bercerai dengan Handarbeni.
Karena sudah lama memendam perasaan, lalu Lasi memberanikan diri untuk bertanya kepada Kanjat, apakah Kanjat mau menikahinya setelah janda nanti.
Namun Kanjat masih bingung karena jika ia berniat memperistri janda, maka dia tidak tahu bagaimana komentar bapaknya dan para tetangga
Kemudian Kanjat dan Lasi berniat melihat penebangan banyak pohon kelapa yang selama ini menghidupi para penyadap.
Pohon-pohon kelapa itu ditebang karena akan menjadi jalur listrik yang akan mengaliri desa Karangsoga.
Kanjat dan Lasi kaget mendapat informasi bahwa banyak pohon kelapa milik Darsa yang akan ditebang tanpa ganti rugi.
Mereka sedih pada nasib Darsa yang miskin akan bertambah miskin setelah penebangan itu. Pasti Darsa susah membiayai anak dan istri barunya Sipah.
Kemudian Lasi dan Kanjat berkunjung ke rumah Darsa dan berusaha memberi support dan mencoba menenangkannya.
Lalu Lasi memberikan uang yang banyak untuk biaya hidup satu tahun kepada Sipah.
Ketika mau pamit bahwa besok akan balik ke Jakarta, Lasi bertanya pada Kanjat apakah masih menyimpan foto Lasi, ternyata Kanjat masih menyimpannya.
Demikian juga dengan Lasi, dia masih menyimpan foto Kanjat. Tapi sayang, mereka berdua sangat susah untuk mengungkapkan langsung,
Kanjat dan Lasi kembali terpaku diam.
Mereka saling berpandangan. Kanjat masih terpesona pada makna yang tersimpan di balik mata Lasi yang indah.
Namun Kanjat juga sadar bahwa dia hanya bisa terpesona, karena dia tidak bisa menolak kenyataan bahwa Lasi masih punya suami.
Kanjat juga melihat makna lain dari tatapan mata Lasi. Masih ada duka lama tersimpan di sana.
Kanjat juga jadi ingat pada Darsa, Sipah, dan anaknya, dia jadi ingin membantu mereka yang hidup susah sebagai penyadap kelapa.
Dalam diam, Kanjat masih terpesona pada Lasi yang merupakan harapan dan cita-cita yang tetap hidup dalam jiwanya.