Tim indoSastra
Motinggo Busye dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1966 – 1970-an.
Sastrawan, dramawan, dan pujangga Minangkabau ini lahir pada tanggal 21 November 1937 di Kupangkota, Bandarlampung.
Dalam berkarya sebagai sastrawan dan seniman, ia sering memakai nama Motinggo Busye atau Motinggo Boesje.
Tapi nama asli beliau adalah Bustami Djalid.
Sesuai Adat Minangkabau, Motinggo juga memilki nama dewasa (gelar) yaitu Saidi Maharajo.
Asal-usul nama Motinggo Busye
Motinggo merupakan nama pena Bustami Djalid yang berasal dari Bahasa Minangkabau yaitu “mantiko”.
Kata mantiko memilki makna antara sifat bengal, eksentrik, suka menggaduh, kocak, dan tak tahu malu.
Tapi mantiko dalam diri Motinggo bukanlah berkonotasi negatif.
Untuk itu dia menambahkan kata Minangkabau lain yaitu bungo (bunga) dibelakang nama samarannya itu, sehingga lengkap tertulis Mantiko Bungo (MB).
Dari inisial MB inilah akhirnya berkembang nama Motinggo Busye.
Ayah dan ibunya asli dari Minangkabau. Ayahnya Djalid Sutan Raja Alam berasal dari Sicincin, Padang Pariaman. Ibunya Rabi’ah Ja’kub berasal dari Matur, Agam.
Setelah menikah, Ayah Ibunya pergi merantau ke Bandar Lampung.
Disana ayahnya bekerja sebagai klerk KPM di Kupangkota, sedangkan ibunya mengajar agama dan Bahasa Arab.
Di tanah rantau inilah Sastrawan cemerlang ini lahir.
Waktu usia Motinggo Busye hampir 12 tahun, Ayah Ibunya meninggal dunia. Sepeninggal orang tuanya, Motinggo diasuh neneknya di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Pendidikan Sastrawan dan Pujangga ini mulai SD, SMP, dan SMA adalah di Kota Wisata yang indah yaitu Bukittinggi.
Kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tapi tidak tamat.
Bakat khas Minangkabau dalam diri Motinggo Busye menjadi tersalurkan ketika perwira Jepang Yamashita datang ke rumahnya memberi mesin ketik.
Mesin itu akhirnya menjadi sahabat Motinggo untuk mencurahkan ide-idenya.
Mesin ketik menjadi sibuk untuk melayani inspirasi, gelora, dan rasa seni yang ada dalam diri Motinggo Busye.
Sehingga mampu menghasilkan naskah drama, cerpen, novel, dan puisi.
Saat umur beliau berusia 61 tahun atau pada tanggal 18 Juni 1999, sastrawan dan pujangga ini meninggal dunia di Jakarta.
Penghargaan yang diraih:
- Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958, untuk karya dramanya yang berjudul Malam Jahanam (1958)
- Hadiah majalah Sastra tahun 1962, untuk cerpennya, “Nasehat buat Anakku”
- Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa asing, antara lain Bahasa Ceko, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, dan Mandarin
- Karya-karyanya masuk dalam antologi penyair Asia (1986)
- Karya Motinggo Busye masuk dalam antologi penyair dunia (1990)
- 200 karya Motinggo Busye yang sampai saat ini masih tersimpan di Perpustakaan Kongres di Washington, D. C
- Nama “Motinggo Busye” terpahat indah di antara 1.000 penyair dunia, Di taman kota Seoul, Korea Selatan
- Redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961-1964)
- Ketua II Koperasi Seniman Indonesia
Karya-karya Motinggo Busye:
- Malam Jahanam (novel, 1962)
- Badai Sampai Sore (drama, 1962)
- Tidak Menyerah (novel, 1963)
- Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963)
- Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963)
- Dosa Kita Semua (novel, 1963)
- Tiada Belas Kasihan (novel, 1963)
- Nyonya dan Nyonya (drama, 1963)
- Sejuta Matahari (novel, 1963)
- Nasehat buat Anakku (kumpulan cerpen, 1963)
- Malam Pengantin di Bukit Kera (drama, 1963)
- Buang Tonjam (legenda, 1963)
- Ahim-Ha (legenda, 1963)
- Batu Serampok (legenda, 1963)
- Penerobosan di Bawah Laut (novel, 1964)
- Titian Dosa di Atasnya (novel, 1964)
- Cross Mama (novel, 1966)
- Tante Maryati (novel, 1967)
- Sri Ayati (novel, 1968)
- Retno Lestari (novel, 1968)
- Dia Musuh Keluarga (novel, 1968)
- Sanu, Infita Kembar (novel, 1985)
- Madu Prahara (novel, 1985)
- Dosa Kita Semua (novel, 1986)
- Aura Para Aulia: Puisi-Puisi Islami (1990)
- Dua Tengkorak Kepala (1999).
- Fatimah chen chen
Karya Drama:
- Malam Jahanam (1961)
- Badai Sampai Sore (1962)
- Nyonya dan Nyonya (1963)
- Malam Pengantin di Bukit Kera (1963)
Karya Legenda
- Buang Tonjam (1963)
- Ahim-Ha (1963)
- Batu Serampok (1963)
Karya Film
- Biarkan Musim Berganti (1971)
- Tjintaku Djauh Dipulau (1971)
- Takkan Kulepaskan (1972)
- Si Rano (1973)
- Sebelum Usia 17 (1974)
- One Way Ticket (1976)
- Sejuta Duka Ibu (1977)
- Raja Singa (1978)
Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat.