Tim indoSastra
Profil sastrawan ini data awalnya diambil dari lembaga pemerintahan Indonesia, ini berdasarkan “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”. Data tersebut kemudian diolah supaya lebih mudah dibaca.
—
Putu Wijaya dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1966 – 1970 an.
Sastrawan, seniman, dan dramawan ini lahir pada tanggal 11 April 1944 di Puri Anom, Tabanan, Bali.
Dia yang kita kenal sebagai tokoh yang cukup dikenal ini mempunyai nama yang cukup panjang, yaitu I Gusti Ngurah Putu Wijaya.
Riwayat pendidikan beliau adalah SD dan SMP di Bali. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra.
Saat masih duduk di sekolah menengah pertama, ia mulai menulis cerita pendek dan beberapa di antaranya dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali.
Waktu SMA, ia memperluas wawasannya dengan melibatkan diri dalam kegiatan sandiwara.
Setelah selesai sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan budaya.
Di Yogyakarta, selain kuliah di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI),
drama di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi), dan meningkatkan kegiatannya bersastra.
Dari Fakultas Hukum, UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman.
Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta.
Di Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil dan Teater Populer.
Di samping itu, ia juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres.
Setelah majalah itu mati, ia menjadi redaktur majalah Tempo (1971-1979).
Bersama rekan-rekannya di majalah Tempo, Putu mendirikan Teater Mandiri (1974).
Pada saat masih bekerja di majalah Tempo, ia mendapat beasiswa belajar drama di Jepang (1973) selama satu tahun.
Namun, karena tidak kerasan dengan lingkungannya, ia belajar hanya sepuluh bulan.
Kemudian ia kembali aktif di majalah Tempo. Pada tahun 1975 ia mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat.
Setelah itu, ia juga pernah menjadi redaktur majalah Zaman (19791985).
Ada juga pengalamannya bermain drama di luar negeri, antara lain dalam Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis (1974) dan dalam Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Pernah juga membawa Teater Mandiri berkeliling Amerika dalam pementasan drama Yel dan berpentas di Jepang (2001).
Di samping itu, ia juga pernah mengajar di Amerika Serikat (1985–1988).
Selain itu, Putu juga menjadi sutradara film dan sinetron serta menulis skenario sinetron.
Film yang disutradarainya ialah film Cas Cis Cus, Zig Zag, dan Plong. Sinetron yang disutradarainya ialah Dukun Palsu, PAS, None, Warteg, dan Jari-Jari.
Skenario yang ditulisnya ialah Perawan Desa, Kembang Kertas, serta Ramadhan dan Ramona. Ketiga skenario itu memenangkan Piala Citra.
Selama bermukim di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater.
Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan Bip-Bop (1968) dan Menunggu Godot (1969).
Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu.
Selain itu, ia juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul Lautan Bernyanyi (1969).
Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu.
Naskah dramanya itu menjadi pemenang ketiga Sayembara Penulisan Lakon yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater Nasional Indonesia.
Karena kegiatan sastranya lebih menonjol pada bidang teater, Putu Wijaya pun lebih dikenal sebagai dramawan.
Sebenarnya, selain berteater ia juga menulis cerpen dan novel dalam jumlah yang cukup banyak, di samping menulis esai tentang sastra.
Sejumlah karyanya, baik drama, cerpen, maupun novel, telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand.
Gaya Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama.
Seperti dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of consciousness dalam pengungkapannya.
Mengenai karya-karya Putu itu, Rachmat Djoko Pradopo (dalam Memahami Drama Putu Wijaya: Aduh, 1985) memberi komentar bahwa Putu berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar, lebih-lebih libido seksual yang ada dalam daerah kegelapan.
a. Drama
- Dalam Cahaya Bulan (1966)
- Lautan Bernyanyi (1967)
- Bila Malam Bertambah Malam (1970)
- Invalid (1974)
- Tak Sampai Tiga Bulan (1974)
- Anu (1974)
- Aduh (1975)
- Dag-Dig-Dug (1976)
- Gerr (1986)
- Edan
- Hum-Pim-Pah
- Dor
- Blong
- Ayo
- Awas
- Los
- Aum
- Zat
- Tai
- Front
- Aib
- Wah
- Hah
- Jpret
- Aeng
- Aut
- Dar-Dir-Dor
b. Novel
- Bila Malam Bertambah Malam (1971)
- Pabrik (1976)
- Stasiun (1977)
- Keok (1978)
- Sobat (1981)
- Lho (1982)
- Telegram (1972)
- Tiba-Tiba Malam (1977)
- Pol (1987)
- Terror (1991)
- Merdeka (1994)
- Perang (1992)
- Lima (1992)
- Nol (1992)
- Dang Dut (1992)
- Kroco (1995)
- Byarpet (1995)
- Cas-Cis-Cus (1995)
- Aus (1996)
c. Kumpulan Cerpen
- Bom (1978)
- Es (1980)
- Gres (1982)
- Klop, Bor, Protes (1994)
- Darah (1995)
- Yel (1995)
- Blok (1994)
- Zig Zag (1996)
- Tidak (1999)
d. Novelet
- MS (1977)
- Tak Cukup Sedih (1977)
- Ratu (1977)
- Sah (1977)
Karya esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise, Tradisi Baru, Terror Mental, dan Bertolak dari yang Ada.
Penghargaan yang telah diterimanya ialah sebagai berikut:
- 1967 Pemenang ketiga Lomba Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (drama Lautan Bernyanyi)
- 1971 Pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ (novel Telegram)
- 1975 Pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ (novel Stasiun)
- 1980 Penerima SEA Write Award dari Kerajaan Thailand
- 1991-1992 Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation, Kyoto, Jepang
Alamat Putu Wijaya: Kompleks Astya Puri 2 No.A9 Jalan Kerta Mukti, Ciputat, Jakarta Selatan. Telepon/faksimile: (021) 7444678. Pos-el: wijayaputu@hotmail.com
Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan