Kejadian Kocak di Kelurahan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan

Diposting pada

Berikut adalah cerita humor nan lucu yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, yang terdapat di desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten kota, dan provinsi yang ada di negara kita.

Pagi itu, di Kelurahan Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, seorang pemuda bernama Dodi terburu-buru menuju pasar tradisional untuk membeli sayuran.

Saat melintasi jalan, ia tiba-tiba tergelincir karena kulit pisang yang tergeletak di trotoar.

Dodi dengan wajah bersemu merah mencoba bangkit, tapi saat itulah dia melihat tetangganya, Pak Slamet, yang berjalan ke arahnya dengan sebuah topi aneh yang terlihat seperti buah semangka yang terpotong dua.

“Pak Slamet, apa itu topi baru Anda atau semangka sedang berpindah profesi menjadi penutup kepala?” tanya Dodi sambil tertawa.

Pak Slamet, dengan senyum lebar, menjawab, “Ah, ini topi baru buatan cucu saya. Katanya, ini tren terbaru di kota lain!”

Tak bisa menahan tawa, Dodi pun melanjutkan perjalanan ke pasar, sambil memikirkan bagaimana semangka bisa menjadi inspirasi mode terbaru.

Sesampainya di pasar, Dodi langsung menuju ke warung sayuran. Namun, ketika hendak membayar, ia merasa dompetnya tak ada di saku celana.

“Astaga, di mana dompetku?” gumam Dodi panik sambil meraba-raba setiap saku celananya.

Tiba-tiba, seorang nenek penjual sayur berbicara, “Mungkin kamu meninggalkannya di rumah, Nak. Atau, siapa tahu, mungkin dompetmu ikut terjual bersama sayuran!” ujarnya sambil terkekeh.

Dodi dan nenek penjual sayur saling tertawa, membayangkan sehelai wortel atau sebatang brokoli membawa dompetnya pergi.

Setelah melalui proses pencarian yang cukup dramatis, Dodi akhirnya menemukan dompetnya tergeletak di atas meja makan di rumahnya. “Hahaha, sepertinya dompetku ingin ikut sarapan pagi tadi,” canda Dodi pada dirinya sendiri.

Sambil menggosok perut yang masih sakit karena tawa, Dodi segera melanjutkan perjalanan pulang, berencana untuk memasak masakan lezat dengan sayuran yang baru saja dibelinya.

Namun, ketika dia sampai di depan rumahnya, dia melihat sebuah pemandangan yang tak terduga.

Anjing tetangganya, Si Bolang, tengah duduk di atas mobil dengan kedua telinganya terikat pita rambut yang terlihat seperti anting-anting raksasa.

“Hei, Bolang! Kamu terlihat seperti superstar di atas panggung!” seru Dodi sambil tertawa melihat tingkah kocak Si Bolang.

Tiba-tiba, datanglah tetangga sebelah, Mbah Jum, dengan senyum lebar. “Maafkan Bolang, Dia berusaha mengejar kucing jalanan dan terjebak di atas mobil saya.

Tapi sepertinya dia lebih cocok menjadi model fashion!” kata Mbah Jum sambil tertawa.

Dodi mengangguk setuju sambil mencoba menahan tawa. “Ya ampun, Bandung memang kota yang penuh dengan kejadian lucu!” pikirnya sambil masuk ke rumah.

Setelah melewati pagi yang penuh dengan tawa, Dodi memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman kota bersama teman-temannya.

Mereka berkumpul di Taman Sari di Kelurahan Cibaduyut, Kecamatan Kiaracondong.

Di taman, mereka duduk di bangku-bangku kayu sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Tiba-tiba, salah seorang teman mereka, Rudi, berdiri dan mengumumkan dengan lantang, “Ayo kita main tebak-tebakan!”

“Baik ide!” seru teman-temannya serempak.

Rudi mulai dengan penuh semangat, “Tebak-tebakan pertama! Apa bedanya bulan sabit dengan buah semangka?”

Teman-temannya memandang Rudi dengan tatapan penasaran. “Apa ya?” tanya salah seorang dari mereka.

“Bulan sabit hanya ada di langit, sementara buah semangka bisa ada di atas kepala kita!” jawab Rudi sambil tertawa terbahak-bahak.

Para teman Dodi bergelak-gelak mendengar tebak-tebakan Rudi yang kocak.

Mereka pun bergantian mengajukan tebak-tebakan, membuat suasana semakin riuh dan penuh tawa di Taman Sari.

Saat matahari mulai tenggelam dan langit menjadi oranye keemasan, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Dodi pun berjalan menuju perhentian angkot terdekat untuk pulang ke rumahnya di Kelurahan Cihapit.

Namun, ketika dia naik ke angkot, dia melihat seorang penumpang di depannya yang mencoba membawa sepeda motor masuk ke dalam angkot. “Hei, Maaf ya, Pak. Ini angkot, bukan garasi!” canda Dodi sambil menahan tawa.

Pak penumpang tersebut tersenyum malu-malu sambil mencoba menyingkirkan sepeda motornya.

“Maaf, Anak muda. Saya hampir lupa di mana saya seharusnya memarkirnya!” ujarnya sambil bergurau.

Dodi hanya bisa menggelengkan kepala sambil tertawa melihat tingkah konyol tersebut. “Hari ini benar-benar hari yang penuh dengan kejadian lucu!” pikirnya.

Setelah perjalanan yang penuh dengan tawa dan canda, Dodi akhirnya tiba di rumahnya di Kelurahan Cihapit.

Saat masuk ke dalam rumah, ia disambut oleh aroma harum masakan yang sedang dimasak ibunya di dapur.

“Tumben pulang lebih cepat dari biasanya, Nak. Ada apa?” tanya ibunya sambil tersenyum melihat Dodi yang masih terpingkal-pingkal.

“Oh, tidak apa-apa, Ma. Hanya saja, hari ini penuh dengan kejadian lucu di sekitar Kota Bandung,” jawab Dodi sambil mencoba menceritakan semua kejadian lucu yang dialaminya hari itu.

Ibunya pun ikut tertawa mendengar cerita-cerita lucu tersebut. “Benar-benar hari yang menyenangkan, ya. Setidaknya, kejadian-kejadian lucu itu membuatmu lupa akan masalah sejenak,” ucap ibunya sambil kembali ke dapur.

Dodi mengangguk setuju sambil merasakan kehangatan keluarga di rumahnya. Meskipun kejadian kocak terjadi di sekitarnya, ada satu hal yang pasti: di Kota Bandung, tawa selalu menjadi bahasa universal yang bisa menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan kehidupan.

Demikianlah cerita lucu  ini disampaikan, semoga menghibur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *