Suku Melayu Deli sebagian besar berada di Provinsi Sumatera Utara dan mempunyai kebudayaan dan sastra sendiri.
Mereka mempunyai kebiasaan dan adat yang dijaga turun temurun. Salah satunya adalah Pantun Melayu Deli.
Orang Melayu Deli banyak berada di Kabupaten Deli Serdang, kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Sumatera Utara, serta di sepanjang pantai timur pulau sumatera.
Berikut adalah kumpulan beberapa Pantun Melayu Deli, yang dilantunkan dalam bahasa Melayu Deli:
Tuailah padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intailah kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan
Sirih berlipat sirih pinang
Sirih dari Pulau Mutiara
Pemanis kata selamat datang
Awal Bismillah pembuka bicara
Selat melaka lautnya tenang
Disitu lah banyak berlabuh perahu bugis
Orang yang jauh jangan dikenang
Kalau dikenang, menangis, tentu menangis
Tetak buluh panjang suluh
Mari jolok sarang penyengat
Angkat doa jari sepuluh
Doa minta biar selamat
salnya kapas menjadi benang
Benang ditenun hai kain menjadi kain
Orang dilepas jangan dikenang
Sudah menjadi hai lain, si orang lain
Sayang musalmah memakai sanggul
Turun ke sawah menanam padi
Emas sekoyan dapat kupikul
Aku tak sanggup menanggung budi
Hendak dulang diberi dulang
Dulang berisi sagu mentah
Hendak pulang ku beri pulang
Tinggalkan pantun barang sepatah
Turun ke sawah menanam padi
Hendak dijual ke pekan lama
Jangan selalu menanggung budi
Keraplah kali menjadi bencana
Ayam hutan terbang ke hutan
Tali tersangkut pagar berduri
Adik bukan saudara bukan
Hati tersangkut kerana budi
Ayam rintik di pinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga
Bila memandang ke muka laut
Nampak sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu
Burung Serindit terbang melayang
Mari hinggap di ranting mati
Bukan ringgit dipandang orang
Budi bahasa rangkaian hati
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di pohon kayu
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah adat pusaka Melayu
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di rumpun buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah menyusun jari sepuluh
Laksamana berempat di atas pentas
Cukup berlima dengan gurunya
Bagaikan dakwat dengan kertas
Sudah berjumpa dengan jodohnya
Membeli papan di tengah pekan
Papan kecil dibuat tangkal
Mengapa umpan ikan tak makan
Adakah kail panjang sejengkal
Lancang kuning lancang pusaka
Nampak dari Tanjung Puan
Kalau kering laut Melaka
Barulah saya lupakan tuan
Rumah limas anjung Selatan
Bunga kemuning tumbuh di laman
Tangkainya emas bunganya intan
Bolehkah ranting hamba patahkan
Asam kandis mari dihiris
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya