Sastra angkatan Pujangga Baru
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Ringkasan umum:
Dua anak yatim piatu mengalami cobaan silih berganti. Banyak orang yang tidak peduli atau pun menolong.
Mereka hanya berjuang berdua. Sampai akhirnya sang adik perempuan meninggal, sang kakak jadi makin tertekan dan lemah, dan pada akhirnya juga meninggal dunia.
Sebuah keluarga tidak mempunyai seorang ibu, hanya ada seorang ayah dan dua orang anak yang sudah menjadi piatu.
Anak laki-laki bernama Mansur dan yang perempuan bernama Laminah.
Keluarga miskin ini berada di Dusun Ketahun di Bengkulu. Cobaan kembali datang pada Mansur dan Laminah ketika ayah mereka juga meninggal.
Sekarang kedua anak tersebut menjadi yatim piatu dan tidak mempunyai harta sama sekali.
Setelah itu mereka diasuh oleh bibi yang bernama Jepisah. Bibi mereka selalu bersikap baik terhadap mereka.
Pertama kali saat mereka tinggal bersama Jepisah, mereka diperlakukan seperti anak sendiri oleh Jepisah dan suaminya yang bernama Madang.
Tapi sayang, setelah beberapa hari kemudian mereka kembali harus merasakan pahitnya kehidupan.
Suami Jepisah mulai berbuat yang tidak baik terhadap mereka. Madang sering mengeluarkan kata-kata keras dan kasar kepada mereka, bahkan memukul atau menendang. Sementara bibi Jepisah sangat menyayangi mereka berdua.
Mansur dan Laminah tetap bersabar sampai akhirnya sebuah kesalahpahaman menjadikan mereka harus pergi meninggalkan bibi yang sangat mereka sayangi itu.
Mereka lalu menginap di tempat Datuk Halim dan istrinya yang bernama Seripah.
Keadaan mereka saat itu lebih baik. Mereka diperlakukan seperti seorang yatim piatu yang memang benar-benar harus disayangi dan dikasihi.
Namun karena merasa sudah sangat merepotkan, mereka berdua berencana untuk pergi merantau ke kota Bengkulu dan meninggalkan Dusun Ketahun.
Setalah tiba di kota Bengkulu, tepatnya di kampung Cina, mereka dipekerjakan oleh seorang toke yang memiliki sebuah toko Roti.
Dalam beberapa tahun mereka hidup dengan tenang disana.
Tapi ketenangan mereka kembali terganggu setelah datangnya seorang pegawai baru di toko itu yang bernama Sarmin.
Sikap Sarmin sangat menakutkan. Bandannya kekar berotot. Laminah merasa sangat terganggu akan keberadaan Sarmin.
Seringkali Laminah harus menangis tersedu karena rasa takutnya terhadap Sarmin.
Oleh karena itu, Mansur bertekad memberi peringatan terhadap Sarmin. Perkelahian pun tidak dapat dihindari lagi.
Lalu Mansur beserta adiknya memutuskan untuk mencari pekerjaan ditempat lain.
Tanpa disangka mereka pun kembali merasakan kejamnya kehidupan.
Mansur harus di bawa ke kantor polisi dan terpaksa mendekam di dalam sel setelah dituduh mencuri uang.
Laminah terpaksa menerima kenyataan pahit itu, dan harus rela hidup sendirian tanpa saudaranya.
Apalagi ia kembali terusik oleh Darwis, temannya dulu ketika masih bekerja di toko Roti.
Laminah hampir diperkosa oleh Darwis laki-laki yang tidak punya perasaan tersebut.
Ia tidak tahan lagi akan kehidupan pahit yang sering dialaminya.
Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing curam ke lautan luas.
Sementara Mansur akhirnya keluar dari penjara, setelah beberapa lama mendekam disana.
Mansur akhirnya bisa merasakan kembali udara segar kota Bengkulu. Tak lama sesuda hitu, kabar mengenai kematian adiknya pun terdengar olehnya.
Sekarang Mansur hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati ibu, ayah dan adiknya.
Ia berusaha tetap tabah mengahadapi kenyataan tersebut. Sampai akhirnya malapetaka pun datang.
Pikiran dan perasaan Mansur makin tertekan karena terlalu banyak memikirkan kehidupan yang baginya semakin kejam dan menyiksa.
Badannya menjadi lemah tidak bertenaga, sampai akhirnya ketika sedang berlayar ia jatuh pingsan dan tenggelam ke lautan.
Jenazahnya tidak diketemukan dan menghilang.