Sastra Angkatan 1966 -1970 an
Karya: Pramudya Ananta Toer
Ada seorang anak perempuan bernama Midah. Dia adalah anak satu-satunya dari Haji Abdul yang bekerja sebagai seorang pedagang yang berasal dari Cibatok dan sudah lama tinggal di Jakarta.
Haji Abdul sangat sering memutar lagu-lagu Umi Kalsum kepada keluarganya.
Midah adalah seorang anak yang manis dan cantik parasnya. Karena Midah adalah anak tunggal, dia selalu disayang dan dimanja oleh kedua orang tuanya.
Hingga Midah berusia 9 tahun, situasi menjadi berubah. Ternyata istri dari Haji Abdul hamil lagi.
Kasih sayang orang tuanya makin berkurang kepada Midah. Kemudian lahir pula adik-adik Midah yang lain.
Maka cinta kasih orang tua kepada Midah makin bertambah berkurang, dan hampir tidak diperhatikan.
Midah merasa tidak disayangi lagi oleh kedua orang tuanya, dia merasa dicampakkan.
Hal ini membuat Midah tidak betah di rumah. Dia jadi sering pergi keluar rumah dan sering telat pulang.
Walau perbuatan Midah itu sebenarya kurang baik, tapi anehnya, orang tuanya tidak pernah menegur atau memperingatkannya.
Inilah yang membuat Midah makin putus asa.
Akhirnya Midah semakin jarang berada di rumah dan makin sering keluyuran.
Lalu dia jadi suka dan tertarik pada pengamen jalanan yang menyanyikan lagu keroncong.
Berbeda dengan kesukaan ayahnya yang selama mendengarkan lagu-lagu Umi Kalsum.
Sampai akhirnya Midah membeli beberapa buah piringan hitam yang berisi lagu-lagu keroncong.
Tapi waktu Midah sedang bernyayi lagu keroncong dengan gembira, ternyata Haji Abdul mengetahui.
Bagi ayah Midah lagu keroncong adalah haram, piringan hitam yang dibeli Midah dihancurkan ayahnya.
Lalu Midah juga ditampar dan dimarahi. Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya sang pembantu yang melindungi Midah.
Beberapa waktu kemudian Midah dijodohkan oleh orang tuanya. Haji Abdul telah menentukan calon suaminya yaitu Haji Terbus dari Cibatok.
Waktu berlalu, Midah kecewa karena Haji Terbus ternyata memiliki istri banyak, hampir di tiap kota yang dia kunjungi.
Setelah tiga bulan menikah, Midah melarikan diri dari rumah suaminya. Midah pergi berlindung ke rumah bekas pembantunya yaitu Riah.
Jauh dari suami dan orangtuanya, Midah mendapat kesempatan untuk bernyanyi keroncong di jalanan bersama kelompok pengamen.
Kemudian Midah mendapat julukan Si Manis. Midah juga tinggal bersama gerombolan pengamen.
Midah hanya pasrah dan semua pekerjaannya dikalukan dan dilandasi rasa cinta pada anak yang dikandungnya.
Hingga kandungan berusia 9 bulan lebih, Midah lalu melahirkan anaknya. Tapi tidak seorang pun dari kelompok pengamen yang membantu dan menemaninya.
Bahkan ketika berada di rumah sakit waktu bersalin, Midah tidak mau mengatakan siapa bapak dari bayinya. Bayi nya pun belum diberi nama.
Setelah merasa kuat sehabis proses persalinan, Midah kembali ke gerombolan pengamen yang dulu bersamanya, tetapi sambutan kurang sedap diterimanya.
Bayinya dihina oleh seorang wanita dari salah satu pengamen tersebut. Midah marah, baginya bayi itu tidak ada salah sedikit pun.
Lalu pada suatu hari Midah dan gerombolan pengamen bertemu dengan seorang polisi bernama Ahmad yang menawarkan bantuan bahwa mereka akan bisa bernyayi di radio.
Setelah menunggu sekian lama, tawaran tersebut tidak kunjung datang.
Midah sudah mengganti beberapa giginya dengan gigi emas, namun sayang akhirnya Midah diusir dari rombongan.
Di lain pihak, usaha Haji Abdul sedang drop dan keluarganya jatuh miskin.
Setelah mendapat informasi bahwa Midah menjadi pengamen jalanan. Haji Abdul jatuh sakit.
Karena kelelahan mencari Midah sepanjang hari. Istri Haji Abdul akhirnya melapor polisi.
Setelah sedikit sembuh Haji Abdul kembali pulang ke rumahnya. Sekarang karena miskin, keluarga Haji Abdul tidak dihargai lagi oleh warga sekitar.
Midah lalu pindah ke Jatinegara, kalau tinggal di jantung kota, Midah takut akan dicari orang tuanya.
Di Jatinegara Midah mengamen dengan menggendong anaknya.
Tanpa diduga, Midah bertemu lagi dengan polisi yang bernama Ahmad yang dulu menawarkan bantuan.
Midah diajak menginap di rumah polisi itu.
Awalnya tidak ada rasa curiga dalam hati Si Manis terhadap Ahmad, terlebih ketika polisi itu mengundang teman-temannya untuk acara sedekahan dalam rangka memberi nama anak Si Manis yang diberi nama Rodjali.
Ahmad sang polisi itu sangat baik dan selalu mengajari Si Manis untuk bernyayi. Midah jatuh cinta pada polisi tersebut.
Lalu akhirnya Midah terus hidup bersama dengan Ahmad dan berbuat layaknya suami istri. Mereka makin tenggelam dalam dosa.
Sementara itu Ibu Midah dapat informasi bahwa anaknya menjadi penyayi radio yang terkenal.
Melalui bantuan tetangganya Ibu Midah pergi ke tempat tinggal Midah. Tapi yang ditemui hanya seorang nyoya rumah dan anak kecil yang tidak terurus.
Lalu Ibu Midah membawa anak kecil yang malang itu ke rumahnya setelah mendengar penjelasan dari nyonya rumah bahwa itu cucunya.
Di rumah kakek neneknya, Rodjali sangat dimanjakan tubuhnya kembali gemuk. Haji Abdul juga senang dengan cucunya itu.
Di lain pihak, Midah atau Si Manis ternyata sudah hamil lagi. Lalu Midah meminta tanggung jawab kepada Ahmad. Tetapi Ahmad tidak mau mengakuinya.
Cobaan pahit ini membuat Si Manis sadar bahwa Ahmad sang polisi ini adalah lelaki pengecut.
Kemudian Midah pulang ke rumah dan menceritakan semuanya kepada nyonya rumah.
Tapi cobaan lebih berat akhirnya datang, nyonya rumah malah mengusur Midah dari kontrakan, karena Midah dianggap telah menjebak Ahmad.
Dengan putus asa dan duka yang dalam, Akhirnya Midah pulang ke rumah orang tuanya.
Lalu menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Tetapi Midah tidak mau menyebutkan siapa lelaki yang telah menghamilinya.
Orangtuanya hanya pasrah dan berdo’a setiap harinya. Yang lebih parah lagi, warga sekitar banyak yang menghina Midah.
Sekarang situasi berubah, Haji Abdul dianggap sebagai orang pintar, banyak orang yang datang meminta berkah.
Melihat hal itu, Midah ingin pergi meninggalkan orang tua dan Rodjali anaknya. Ini terpaksa dia lakukan karena tidak mau merusak nama baik ayahnya.
Kemudian Midah berpamitan kepada ibunya. Walau dilarang, Midah tetap ingin pergi tanpa sepengetahuan ayahnya.
Sebelum pergi, Midah mengatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah lahir dari cinta, beda dengan ketika Midah mengandung bayi dari Haji Terbus suami pertamanya.
Waktu terus berlalu, setelah kandungan lewat 9 bulan, sang bayi pun lahir. Dengan menggendong anaknya Midah terus mencari pekerjaan.
Pekerjaan lamanya sebagai penyanyi kembali didapat. Sekarang “Si Manis Bergigi Emas” kembali terkenal, setelah beberapa bulan sempat menghilang.
Tapi bedanya sekarang, Midah tidak hanya menjadi penyanyi terkenal, sekarang dia juga menjadi pelacur. Midah tidak lagi memikirkan dosa.
Setelah menjadi terkenal melalui radio. Midah kemudian mulai menggeluti dunia film.
Dia juga sukses karena dia memiliki wajah yang manis dan terkenal dimana-mana.