masih adakah nurani dalam hatimu
sedang kau tak rela akan laparnya kantongmu
yang selalu kelaparan kan hangatnya timbunan berlian
masih akan sadarkah kau
jika kau dan kantongmu disumpal dengan onggokan
merah delima
yang mampu butakan mata
masih adakah nurani dalam hatimu
tentang kami yang kelaparan
sedang birahimu terus kau turuti
sampai langit pun bersumpah
talagi ingin membentang tikarnya untukmu
tapi kali ini ku sadar
kau takkan peduli hal itu
karena anakmu istrimu dan kamu
lapar dengan permata