Berikut adalah salah satu cerita rakyat Sulawesi Tenggara yaitu Legenda “Kera dan Ayam” yang dikisahkan secara turun temurun.
Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak-anak.
Alkisah pada suatu masa, pada suatu negri di Sulawesi Tenggara terdapat persahabatan dua ekor binatang yang berbeda.
Yang pertama adalah Kera dan yang kedua adalah Ayam.
Persahabatan kedua binatang tersebut hanya berjalan normal di awal saja. Tapi ternyata persahabatan itu kemudian menjadi berantakan.
Ini disebabkan oleh tingkah laku si kera yang sering menyakiti si ayam.
Suatu ketika pada sore hari, Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Karena hari hampir gelap, si Kera mulai merasa lapar.
Tanpa disangka, tiba-tiba si kera menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya.
Lalu si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Dengan berbagai upaya, akhirnya ayam mampu melarikan diri.
Segera setelah itu, ayam berlari sekencang-kencangnya. Setelah berlari beberapa saat, dia merasa beruntung, karena tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting.
Dia pun lega karena si Kepiting adalah teman sejati Ayam. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting.
Setelah berada di dalam. Kepiting menyambut ayam dengan senang hati.
Sesaat kemudian Si Kepiting pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Ayam menceritakan persahabatannya dengan si kera. Hingga akhirnya dia mengisahkan tentang perlakuan kera yang menghianatinya, bahkan sampai ingin memakan dirinya.
Setelah mengetahui kenyataan, akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera.
Kera merasa kesal dan geram, dan kemudian menyerukan:
“marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu”
Kemudian kera menyusun rencana untuk dapat membalas perlakukan si Kera.
Akhirnya mereka mengatur siasat bersama dan berunding dengan si Ayam.
Setelah berembuk, kemudian kedua binatang ini bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan.
Untuk berlayar kesana, akan memakai perahu buatan mereka sendiri. Yaitu perahu yang terbuat dari tanah liat.
Besok harinya, si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang.
Dengan cepat Kera menyetui ajakan tersebut, karena dia mempunyai sifat rakus yang menginginkan sesuatu.
Hingga akhirnya, mereka pun siap-siap berangkat.
Mulailah mereka perjalanan mereka dengan berlayar menuju pulau seberang.
Di tengah lautan yang luas, Ayam dan Kepiting mulai berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!”
Si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Ketika ayam berkata demikian, selalu dia mencotok-cotok perahu itu.
Setiap satu kali berkata, maka setiap kali dia mencotok-cotok perahu yang terbuat dari tanah liat tadi.
Hingga lama-kelamaan perahu yang mereka tumpangi bocor, dan pada akhirnya tenggelam ke dalam lautan.
Melihat dan merasakan perahu yang tenggelam, maka dengan sigap si Kepiting segera menyelam ke dasar laut.
Demikian juga dengan si ayam, setelah merasakan perahu yang karam.
Maka dengan cepat dia terbang ke darat dengan kepakan sayapnya.
Sekarang hanya tinggal si kera di tengah laut tanpa daya walau perahu sudah tenggelam.
Kera pun dengan suara keras meronta-ronta minta tolong.
Tak satu pun binatang yang mau menolong si kera, karena semua sudah tahu dia adalah mahluk yang suka berkhianat dan tidak setia pada temannya.
Selang beberapa waktu, akhirnya si kera tenggelam ke dalam laut.
Karena tidak bisa berenang, kera akhirnya tewas tidak bisa bernafas di tengah laut.