Legenda: “Asal Usul Nama Singaraja dan Buleleng” (Cerita Rakyat Bali)

Diposting pada

Ini adalah salah satu cerita rakyat Provinsi Bali yaitu Legenda “Asal Usul Nama Buleleng dan Singaraja” yang dikisahkan secara turun temurun.

Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak-anak.

Dikisahkan pada suatu zaman terdapat di Pulau Bali seorang raja yang bernama Sri Bagening. Dia memiliki kerajaan yang cukup luas.

Ra­ja ini mempunyai banyak istri, dan istri yang paling muda bernama Ni Luh Pasek.

Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji, dan ma­­sih ke­­turunan Kyai Pasek Gobleng.

Hingga pada akhirnya Ni Luh Pasek hamil. Kemudian sang Raja menitipkan istrinya kepada Kyai Je­lan­tik Bogol.

Setelah usia kandungan lebih dari 9 bulan, sang anak pun lahir. Kemudian diberi nama I Gede Pa­sekan.

I Gede Pasekan tumbuh dengan sehat dan baik. Setelah besar, dia memiliki tingkah laku yang baik dan memiliki wi­­ba­wa besar sehingga

sangat dicintai dan dihormati oleh pemuka masyarakat mau­pun masyarakat biasa.

Lalu hingga usia I Gede Pasekan menjadi dua puluh tahun, Sang Ayah menyuruhnya untuk pergi ke Den Bukit di daerah Panji.

I Gede Pasekan pun menanyakan kenapa sang ayah menyuruhnya kesana.

Ayah pun menjawab bahwa tempat tersebut adalah tempat kelahiran ibunya.

Ketika hendak berangkat, ayah angkatnya mem­berikan dua buah senjata bertuah, yaitu sebilah keris bernama Ki Baru Se­mang dan sebatang tombak bernama Ki Tunjung Tutur.

Sepanjang perjalanan I Gede Pasekan didampingi oleh empat puluh pe­nga­wal yang dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Dosot.

Hingga akhirnya mereka sampai di daerah yang di­­­­­­­sebut Batu Menyan, mereka bermalam dengan dijaga ketat oleh para pengawal secara bergantian.

Tanpa diduga pada malam hari, tiba-tiba datang makhluk ajaib penghuni hutan.

Mahluk itu meng­ang­kat I Gede Pasekan ke atas pun­daknya se­hingga I Gede Pasekan dapat me­lihat

pe­­man­dangan lepas ke lautan dan da­ratan yang ter­­bentang di hadapannya.

Kemudian waktu dia me­­man­dang ke arah timur dan barat laut, ia me­li­hat pulau yang amat jauh.

Lalu waktu me­­li­hat ke arah selatan pemandangannya di­­halangi oleh gunung.

Beberapa saat kemudian makhluk itu pergi kemudian terdengar bisikan: “I Gusti, sesungguhnya apa yang te­lah engkau lihat akan menjadi daerah ke­kuasaanmu”

Rombongan kembali melanjutkan istrihat mereka. Pada pagi hari mereka me­­lan­jutkan perjalanan.

Walau perjalanan yang ditempuh sangat sulit dan pe­nuh rintangan akhirnya rombongan I Gede Pasekan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji, tempat kelahiran ibunya.

Waktu pun bergulir. Sampai suatu waktu ada sebuah perahu Bugis yang terdampar di pantai Panimbangan.

Penduduk disana yang dimintai bantuan tak mampu mengangkatnya.

Hingga akhirnya orang Bugis pemilik perahu itu meminta tolong pada I Gede Pasekan.

Orang Bugis minta bantuan, dan jika ber­hasil mengangkat perahu mereka, maka se­bagian muatan akan diserahkan kepada I Gede Pasekan.

Karena ingin membantu dan menyelamatkan kapal tersebut, akhirnya I Gede Pasekan menyanggupi permintaan orang bugis tersebut untuk membantu mereka.

Setelah itu I Gede Pasekan segera memusatkan pikiran. Dengan kekuatan gaibnya, perahu yang kandas itu berhasil diangkatnya.

Kemudian karena senang dan ingin berterima kasih, maka orang Bugis memberikan hadiah berupa se­tengah dari isi perahu itu kepada I Gede Pasekan.

Ternyata terdapat dua buah gong besar di antara hadiah tersebut. Maka setelah saat itu I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti.

Waktu pun bergulir, seiring dengan kekuasaan I Gede Pasekan mulai me­­­­luas dan menyebar sampai ke mana-mana.

Karena kekuasaan yang besar, I Gede Pasekan akhirnya mendirikan kerajan baru di Den Bukit.

Sekitar abad ke-17, ibukota ke­rajaan itu disebut orang dengan nama Su­ka­sada.

Kemudian kerajaaan tersebut ber­­kem­bang hingga ke utara. Daerah itu ba­­nyak ditumbuhi pohon buleleng.

Karena daerah itu bagus, maka pusat kerajaan dipindahkan ke wi­la­­­yah itu. Setelah itu wilayah tersebut diberi nama Buleleng.

Karena banyak ditumbuhi pohon buleleng.

Inilah asal usul nama daerah Buleleng.

Setelah itu di Buleleng dibangunlah sebuah istana megah yang diberi nama Singaraja.

Alasan pemberian nama ini adalah karena penghuninya ada­lah seorang raja yang gagah perkasa lak­sana singa. Jadilah nama Singaraja.

Seiring waktu, ternyata ada juga masyarakat yang mengatakan bahwa nama Singaraja arti­nya tempat persinggahan raja.

Ini cukup beralasan karena waktu sang Raja masih di Sukasada, beliau se­ring singgah di sana.

Oleh karenanya, kata Singaraja berasal dari 2 kata yaitu singgah dan raja. Maka jadilah kata Singaraja.