Sastra dalam Siraman Rohani: Sebuah Refleksi
“Sudah kenal saya belum? Oke, di YouTube juga ya. Jadi gini, saya dipanggil Cak Nur sekarang, bukan Gus Nur. Ada yang tersinggung kalau saya dipanggil Gus Nur, enggak apa-apa, enggak masalah kalau enggak dipanggil Gus Nur juga. Oke?”
Demikianlah pembuka ceramah Ustadz Sugi Nur Raharja atau yang akrab disapa Cak Nur dengan judul “Masa Jahiliyah 1”. Dalam ceramahnya, beliau menceritakan tentang masa lalunya yang penuh lika-liku.
Lahir di Yogyakarta pada tahun 1974, Cak Nur menghabiskan masa kecilnya berpindah-pindah mengikuti orang tuanya yang merupakan seniman debus. Pengalaman hidup yang keras sejak usia dini ini membentuk karakternya yang kuat. “Saya lahir di Jogja, besar di Jawa Timur. Jadi, ada perpaduan antara budaya Jawa dan Madura dalam diri saya,” ujarnya.
Cak Nur juga menceritakan tentang masa mudanya yang penuh dengan petualangan dan pengalaman hidup yang unik. “Dari umur 7 tahun, saya sudah mondok dan belajar di ‘universitas kehidupan’. Ilmu saya dapatkan dari pengalaman langsung, bukan dari buku-buku,” ungkapnya.
Namun, Cak Nur mengakui bahwa pada masa mudanya, ia banyak melakukan kesalahan dan hidup dalam kejahilan. “Ilmu saya waktu itu 99,9% jahiliyah. Saya pernah berkelahi, mencuri, bahkan melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya,” kenangnya.
Melalui ceramahnya, Cak Nur ingin berbagi pengalaman hidupnya agar dapat menjadi pelajaran bagi orang lain. Beliau mengajak para pendengar untuk selalu memperbaiki diri dan menjauhi segala bentuk kejahatan.
“Hidup ini singkat, jangan sia-siakan waktu kita dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Mari kita manfaatkan waktu yang ada untuk beribadah dan berbuat kebaikan,” ajak Cak Nur.