Halus, lembut, menentramkan
Seperti bantalan surgawi kiranya
Sejuknya nan meneduhkan
Walau terkadang menjadi petaka
Orang bilang itulah ilusi
Menutup pikiran penuh logika
Dikata tak tersentuh jemari
Yang ada melepas haus dunia
Dahaga yang dipuaskan mereka
Mengisi bumi dengan hidupnya
Maka lahirlah namanya harmoni
Saat dimana sebelum masa kini
Waktu menyambut hidup kedua
Yang mengikut ajakan harmoni
Juga mendamba dunia khayal ini
Yang berlanjut hingga waktu menua
Takdir berkata lain halnya
Dikala hidup baru meramai
Mulai bertarung demi khayalnya
Demikianlah terusiknya damai
Subur mewarna hiasi semesta
Tanpa konflik, tanpa dusta
Semua diam tanpa sepatah kata
Dianiaya tanpa bisa berair mata
Semua sungguh demi satu
Mencipta dunia khayal semu
Hanya seperti yang dimau
Tanpa hal mulia dituju
Maka tanah mulai bergetar
Dinding runtuh akibat geletar
Suara geram yang menggelegar
Petaka bagi mereka yang gentar
Lihat awan gelap bergelung marah
Puncak gunung yang memerah darah
Ombak gila pencipta makhluk pasrah
Dan gertak hebat si pembelah tanah
Dendam kesumat yang terungkap
Karma terbalas pada penjelajah
Demi untuk semua yang bersalah
Kan dikorban semua penghidupan
Hidup pertama telah menuntut hak
Adakah daya didapat dalam pikiran?
Bila sadar nyawa menjadi taruhan
Mungkin hidup akan menahan gerak
Semakin jauh dunia khayalan
Dari harapan sang kehidupan
Karena sesatnya luas imajinasi
Memantik amarah dalam hati
Jeremy Faustino
7 Oktober 2013