Tim indoSastra
Profil sastrawan ini data awalnya diambil dari lembaga pemerintahan Indonesia, ini berdasarkan “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”. Data tersebut kemudian diolah supaya lebih mudah dibaca.
—
Prof. Melani Budianta, M.A, Ph.D. dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 2000 an.
Nama lahir adalah Tan Tjiok Sien adalah seorang akademikus, intelektual publik, dan aktivis berkebangsaan Indonesia.
Ia merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dengan kepakaran di bidang kajian gender, pascakolonialisme, sastra bandingan, dan kajian budaya. Melani merupakan istri dari sastrawan Eka Budianta.
Ia lahir pada tanggal 16 Mei 1954 di Malang, Jawa Timur. Melani adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.
Riwayat pendidikannya adalah SD, SMP, dan kemudian SMA dengan jurusan pasti alam. Kemudian dia masuk fakultas sastra.
Orangtuanya sempat menentang, tetapi kemudian memberikan kebebasan memilih setelah kegagalan kuliah kakaknya di kedokteran karena menuruti keinginan orangtua.
Kakak keduanya itulah yang mengajari Melani mengarang dan berefleksi diri dengan membuatkan buku harian.
Bakat ilmu pasti dan kesukaannya pada sastra itu menurun pada anak sulungnya, Citra, seorang dokter, yang juga penulis dan penikmat sastra.
Ketika berusia 12 tahun Melani Budianta memenangkan lomba mengarang cerita anak-anak yang diadakan majalah Si Kuncung.
Melani Budianta menyelesaikan studinya SI Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (1979). Kemudian dia melanjutkan studi ke luar negeri.
Walau karyanya tidak ada yang menonjol, tapi gelar M.A ia peroleh dalam Bidang Kajian Wanita Wilayah Amerika dari University of Southern Carolina (1982)
Juga dapat gelar Ph.D dalam Bidang Kesusastraan dari Cornell University Amerika Serikat (1992).
Selanjutnya dia juga dapat lagi gelar Profesor pada tahun 2005.
Eka Budianta suaminya, adalah anak pertama dari sembilan bersaudara, anak pasangan guru dari Malang.
Kedua pribadi ini dipertemukan oleh sastra di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kini beliau adalah Guru Besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.
Karya–karya kritik dan esainya banyak tersebar di berbagai majalah dan Koran.
Ia pun aktif sebagai pemakalah dalam sejumlah peristiwa sastra. Dia juga banyak menulis sejumlah pengantar untuk buku-buku sastra.
Dia paling suka menulis kata pengantar untuk buku terjemahan The God of Small Things.
Melani Budianta menjadi penasehat di sebuah Yayasan “Suara Ibu Peduli” dan Scholarshf Foundation di Thailand.
Dia juga seorang editor di Jurnal Studi Budaya Antar Asia dan “Lontar”. Pernah menjadi peserta MASTERA (Majelis Sastra).
Acapkali juga dia membawakan makalah diberbagai negara, antara lain Australia, Malaysia, Taiwan, Sri langka, Belanda, Jepang, dan Cina.
Makalahnya banyak bertemakan tentang poskolonial, sastra bandingan, studi budaya, dan gender.
Karya-karya Melani Budianta, antara lain:
- Syahrir and the Childern of Bandaneira A Hurried Life of Journalist,
- Teori Kesusastraan (terjemahan karya Rene Wellek),
- Kado Istimewa (Antologi Cerpen yang ditulisnya dengan nama Santryarini),
- “Transpormasi Gerakan Perempuan di Indonesia” (Horisan Esai Indonesia Bunga Rampai 2002),
- “Budaya, Sejarah, dan Pasar New Historicism dalam Perkembangan Kritik Sastra” (Jurnal Ilmu Sastra dan Budaya, HISKI),
- “Sastra dan Kajian Budaya” Public Lectures and Workshop, Asian Studiying Asia: Cultural Studies for Asia Context (2002),
- “Sastra dan Interaksi Lintas Budaya” dalam Adakah Bangsa dalam Sastra (2003),
- “In the Margin of the Capital: From Tjerita Boedjang Bingoeng to Si Doel Anak Sekolahan” dalam Keith Foulcher dan Tony Day; Clearing a Space: Postcolonial Readings of Modern Indonesian Literature, Leiden: KITLV (2002) pernah dimuat dalam versi bahasa Indonesia di Jurnal Kalam,
- “Realisme dalam Sastra Indonesia” Beberapa Persoalan (Jejak Realisme dalam Sajak Indonesia, Pusat Bahasa), 10. “Pena yang Berdarah TKW dalam Novel Post Kolonial” (Jurnal Kalam 1998), 11. “Motinggo Busye (1937—1999) dari Zaman ke Zaman” (Horison 1999).
Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan