Widji Thukul (Sastrawan dan Pujangga)

Diposting pada

Tim indoSastra

Widji Thukul dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan Reformasi.

Sastrawan, aktivis pemberani dan tanpa pamrih ini lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di kampung Sorogenen Solo, Jawa Tengah.

Beliau “dihilangkan” secara misterius pada saat menjelang runtuhnya rezim Orde Baru.

Beliau adalah bukti bahwa betapa hidup dan bersuara di negeri ini harus dibayar mahal dengan nyawanya sendiri.

Nama asli beliau adalah Widji Widodo, dan lahir dari keluarga tukang becak.

Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu pada tahun 1979 dengan susah payah beliau berhasil menamatkan SMP.

Kemudian melanjutkan belajar ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Solo jurusan tari.

Tapi hanya sampai kelas dua, kemudian berhenti, karena tidak punya uang.

Bakat menulis sastra sudah sejak kecil ada dalam diri Widji Tukul. Awal menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP.

Bergabung dengan kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota.

Demi menyambung hidup, beliau juga pernah berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel.

Walaupun ekonomi rumah tangganya sangat sulit, tapi Widji Tukul aktif menyelenggarakan kegiatan teater,

serta melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.

Pada suatu hari terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1994.

Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli militer.

Pada tahun 1995 Widji mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex.

Cacat matanya sangat parah, bahkan masih terlihat sebelum dia hilang.

Tapi sayang, Widji Tukul yang pemberani hilang tidak tahu kemana. Ini terjadi pada peristiwa 27 Juli 1998.

Ia salah seorang dari belasan aktivis yang hilang.

Pada Bulan April 2000, istri Thukul, Sipon melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).

Penghargaan yang diraih:

  1. Diundang membaca puisi di Kedubes Jerman di Jakarta oleh Goethe Institut, pada tahun 1989
  2. Tampil ngamen puisi pada Pasar Malam Puisi (Erasmus Huis; Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta). Pada tahun 1991
  3. Memperoleh Wertheim Encourage Award yang diberikan Wertheim Stichting, Belanda, bersama WS Rendra. Pada tahun 1991
  4. Dianugerahi penghargaan “Yap Thiam Hien Award 2002” Pada tahun 2002
  5. Film dokumenter tentang Widji Thukul dibuat oleh Tinuk Yampolsky. Pada tahun 2002

Karya-karya Widji Tukul:

  1. Aku Ingin Jadi Peluru, yaitu kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Indonesia Tera, tahun 2000
  2. Dua kumpulan puisinya : Puisi Pelo dan Darman dan lain-lain diterbitkan Taman Budaya Surakarta.
  3. Puisi: Bunga dan Tembok
  4. Puisi: Peringatan
  5. Puisi: Kesaksian

Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat.