Yus Rusyana (Sastrawan dan Pujangga)

Diposting pada

Yus Rusyana dikelompokkan sebagai sastrawan angkatan tahun tahun 1966 – 1970 an.

Riwayat Hidup

Sastrawan sunda ini dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1938 di Pameungpeuk, Garut Selatan, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

Beliau memiliki seorang istri yang bernama Ami Raksanagara. Mereka menikah pada tanggal 28 April 1965.

Pernikahan mereka sangatlah indah karena sama-sama menghiasi hidup dengan sastra.

Mereka lalu dikarunia 5 orang anak dengan penuh rasa cinta. Nama buah cinta mereka adalah Galih Rakasiwi, Kalih Raksasewu, Kalis Ragamulu, Kalif Ragapale (alm.), dan Galis Ragsunu.

Riwayat pendidikan

Sastrawan Yus Rusyana memulai pendidikan di di Sekolah Rakyat Negeri Pameugpeuk mulai dari tahun 1946 sampai tahun 1952.

Lalu melanjutkan ke Sekolah Guru B Negeri 1 Garut (SGBN 1 Garut) pada tahun 1952-1955.

Setelah itu beliau pun hijrah ke Kota Bandung untuk melanjutkan pendidikan menengah di Bakat dalam bidang pengajaran diasah lagi

Di perantauan Kota Bandung yaitu di Sekolah Guru A Negeri 1 Bandung (SGAN 1 Bandung) pada tahun 1955-1958.

Kemudian Yus Rusyana meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi dan menyempurnakan minatnya dalam bidang pengajaran ke tingkatan lebih tinggi.

Garis nasib membawanya untuk bergulat dengan bahasa dan sastra Sunda di Fakultas Keguruan Sastra Sunda, Institut Keguruan dan Pendidikan Bandung (FKSS).

Masa kuliah ditempuh Yus Rusyana selama enam tahun (1958—1964).

Yus Rusyana adalah mahasiswa yang kaya prestasi. Aktivitasnya di bidang kesenian tidak melunturkan prestasi akademik yang diminatinya sejak dahulu.

Maka pada tahun 1971, Yus Rusyana terpilih dalam program Post graduate Training in the Study of Indonesian Language and Philology, Universitas Leiden Belanda (1971-1973).

Lalu pada tahun 1975 Gelar doktor dalam bidang morfologi bahasa diraihnya dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Setelah menempuh semua pendidikan di atas akhirnya sastrawan ini memiliki nama dan gelar lengkap sebagai Prof. Dr. Yus Rusyana

Rekam Karir Sastra

Sesaat setelah lulus dari SGAN 1 Bandung Yus Rusyana sempat mempraktikkan ilmu yang dimilikinya sebagai seorang guru honorer.

Saat-saat kuliah adalah awal perkembangan minat Yus Rusyana dalam bidang sastra.

Puisinya sering dimuat di Sipatahoenan. Tidak semata dalam dunia tulis-menulis, Yus Rusyana juga piawai dalam berakting.

Beliau mendirikan Liga Drama, kelompok teater yang banyak menampilkan drama yang ditulisnya, di antaranya Cahaya Maratan Waja (1964),

Hutbah Munggaran di Pajajaran (1965), Di Karaton Najasii (1966).

Kepakarannya di bidang bahasa dan sastra menarik minat beberapa universitas di kawasan Jawa Barat untuk meminta Yus Rusyana membagi ilmu.

Selain di UPI Bandung, bahkan pernah menduduki jabatan sebagai dekan FKSS, Yus Rusyana juga mengajar di beberapa universitas lain, seperti Universitas Suryakancana, Cianjur.

Selain mengajar di UPI (pernah menjadi Dekan FKSS), beliau juga menjadi dosen terbang di beberapa universitas, baik negri maupun swasta, salah satunya di Pascasarjana S2, Universitas Suryakancana, Cianjur.

Disamping karier di bidang akademis, Yus Rusyana juga berkiprah dalam berbagai keorganisasian dan lembaga sosial,

di antaranya sebagai Ketua Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) periode tahun 1975—1981,

lalu juga sebagai anggota Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (1994—2000), juga menjadi anggota Dewan Redaksi majalah Mangle, Wangsit, dan Lingua.

Setiap menyampaikan kuliah dan pendidikan, Yus Rusyana senantiasa menandaskan filosofi yang dianutnya, yakni “Selamat, Bermanfaat, dan Nikmat”.

Selamat hanya dapat diraih oleh manusia jika ia senantiasa mawas diri dan berhati-hati.

Manfaat hanya akan diperoleh jika manusia dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan.

Sementara itu, nikmat hanya dapat diperoleh jika manusia tidak melupakan Sang Maha pencipta dan selalu merendahkan hati di hadapan-Nya.

Filosofi ini tidak hanya ditanamkan Yus Rusyana dalam keseharian. Ia selalu menyampaikan filosofi tersebut kepada mahasiswanya.

Menurut Yus Rusyana, penelitian bukan merupakan saat yang menegangkan, melainkan dapat dijadikan sebagai sarana kegembiraan.

Penelitian mutlak dijadikan sebagai aktivitas yang benar-benar dapat dinikmati oleh peneliti.

Sebagai seorang ilmuwan, Yus Rusyana selain banyak melakukan penelitian dan menulis buku, ia juga menulis karya sastra. Berikut ini, antara lain, hasil karyanya.

Karya-karya Yus Rusyana

1. Karya Sastra

  • Di Luhureun Jukut Remis (Kumpulan Cerpen, 1965)
  • Jajaten Ninggang Papasten (Kumpulan Cerpen, 1988)
  • Numahal ti Batan Inten (Kumpulan Puisi, 1980)
  • Buana nu Pinuh ku Mega (Kumpulan Puisi, 1992)
  • Guguritan Munggah Haji (kumpulan dangding 1955).
  • Penghargaan
  • Tahun 1989 mendapatkan hadiah sastra Rancage pertama untuk Jajaten Ninggang Papasten.

2. Karya Buku

  1. Tuturan tentang pencak silat dalam tradisi lisan Sunda (Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1996 )
  2. Ensiklopedi Sastra Sunda (Pusat Bahasa, Jakarta, 1997)
  3. Pengajaran Bahasa-Bahasa Nusantara (LIPI, Ford Foundation, Jakarta, 1999)
  4. Prosa Tradisional (Pusat Bahasa, Jakarta, 2000)
  5. Kriteria Penilaian Buku Pelajaran Bahasa Indonesia (Pusat Perbukuan, Jakarta, 2003)
  6. Peta Konsep Kesastraan: Sastra Indonesia (Pusat Perbukuan, Jakarta, 2003)

3. Karya Nonfiksi

  1. Bagbagan Puisi Mantra Sunda (Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, Bandung, 1970)
  2. Bagbagan Puisi Pupujian Sunda (Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, Bandung, 1971)
  3. Bagbagan Puisi Sawer Sunda (Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda, Bandung, 1971)
  4. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Sekolah Pendidikan Guru Negeri di Jawa Barat (Pusat Bahasa, Jakarta, 1981)
  5. Bahasa Sunda Murid SD Kelas VI di Jawa Barat (Pusat Bahasa, 1981)
  6. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 1983)
  7. Bahasa dan Sastra Menandakan Gamitan Pendidikan (1984)
  8. Sistem Pemajemukan Bahasa Sunda (Pusat Bahasa, Jakarta, 1985)
  9. Keadaan dan Perkembangan Bahasa Sunda Masa Kini (Javanologi, 1985)
  10. Ensiklopedi Sastra Sunda (bersama Karna Yudibrata, Wahyu Wibisana, dan Iskandarwassid, Pusat Bahasa, Jakarta, 1986)
  11. Cerita Rakyat Daerah Jawa Barat (1990)
  12. Cerita “Sangkuriang” Daya Kembara Cerita Lama Lintas Media, Genre, dan Bahasa dari Zaman ke Zaman (Yayasan Lontar, 1993)
  13. Novel Sunda Sebelum Perang Geguritan Munggah Haji (Geger Sunten, 1995)
  14. Tuturan tentang Pencak Silat dalam Tradisi Lisan Sunda (Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1996)
  15. Ensiklopedi Sastra Sunda (Pusat Bahasa, Jakarta, 1997)
  16. Pengajaran Bahasa-Bahasa Nusantara (LIPI, Ford Foundation, Jakarta, 1999)
  17. Prosa Tradisional (Pusat Bahasa, Jakarta, 2000)
  18. Kriteria Penilaian Buku Pelajaran Bahasa Indonesia (Pusat Perbukuan, Jakarta, 2003)
  19. Peta Konsep Kesastraan: Sastra Indonesia (Pusat Perbukuan, Jakarta, 2003)