Sastra Angkatan Balai Pustaka
Karya: Nur Sutan Iskandar
Ringkasan umum:
Ketika disuruh menikah oleh ibunya, seorang pemuda telah salah pilih dalam menentukan calon istrinya.
Dia hanya melihat kecantikan dan status sosial wanitanya, tanpa mengenal secara alami sifat dan kepribadian wanita yang akan dinikahi.
Setelah menikah dan hidup bersama wanita tersebut dia jadi kecewa setelah mengetahui siapa istri sebenarnya.
Dia menyesal dan sadar bahwa menikah haruslah dengan orang yang betul-betul dikenal.
Akhirnya pemuda ini menikah dengan seorang wanita dia ketahui dengan baik, lalu mereka hidup bahagia dan langgeng bersama.
Di sebuah rumah gadang (rumah besar) ada sebuah keluarga. Sang Ibu bernama Mariati, anak laki-laki bernama Asri, dan anak perempuan bernama Asnah.
Disana juga ada pembantu yang bernama Siti Maliah atau Liah, Ibu dan dua anak tersebut biasa memanggilnya Mak Cik Lia.
Asnah adalah wanita yang cantik serta baik hati sehingga dia disenangi oleh semua orang, baik ibu Mariati maupun para tetangga yang seringkali datang ke rumah besar tersebut.
Di keluarga tersebut Asnah diperlakukan seperti anak kandungnya sendiri oleh ibu Mariati.
Walau Asnah adalah anak angkat ibu Mariati, tapi ia sangat sayang kepada Asnah.
Sama halnya dengan Asnah yang juga sangat menyayangi ibu Mariati. Asnah sangat berbakti dan selalu ada saat sembuh maupun saat sakit.
Asnah merupakan pelipur lara bagi ibu Mariati.
Ibu Mariati mempunyai anak laki-laki kandung yang bernama Asri yaitu seorang pemuda yang ganteng, cerdas dan juga ramah.
Oleh karenanya semua warga juga pun sangat menghormati dan menyukainya.
Seperti ibunya Mariati, Asri juga sangat menyayangi Asnah yang senantiasa menjadi obat dikala ia sakit, dan hanya Asnahlah yang sangat mengerti akan perasaan Asri.
Kenyataannya adalah bahwa sejak lama Asnah memendam perasaannya terhadap Asri.
Walau saat ini Asri sedang di Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya. Namun perasaan Asnah tidak pernah berubah terhadap Asri.
Asnah tetap menyayangi Ari dengan sepenuh hati. Namun, Asnah tahu bahwa perasaannya tersebut kurang layak diungkapkan pada kakaknya tersebut.
Walau hanya adik angkat, tapi adat tempat mereka tinggal juga menentang sebuah percintaan antara sesama suku.
Suatu hari Asri pulang ke kampung, Ibu Mariati sangat bahagia akan kedatangan Asri dan berharap kepada anaknya tersebut untuk tidak kembali ke Jakarta.
Ia minta Asri mencari pekerjaan di daerahnya saja. Karena keadaan Bu Mariati yang seringkali jatuh sakit karena usia yang tua.
Walau berat hati akhirnya Asri menuruti kemauan ibunya untuk tinggal di rumah gadang tersebut.
Asnah mengetahui bahwa Asri sebenarnya sangat sedih karena tidak bisa melanjutkan pendidikannya.
Tapi berkat sikap Asnah, akhirnya Asri pun menerima permintaan ibunya karena didorong nasihat-nasihat yang diberikan oleh adiknya tersebut.
Setiap bertemu Asri, Asnah mencoba memendam semua perasaannya. Dia tak ingin Asri tahu akan perasaannya yang demikian tersebut.
Asnah juga senang waktu mengetahui Asri akan tinggal di rumah tersebut. Tapi ada yang membuat ia kecewa, yaitu ibu Mariati menyuruh Asri untuk segera menikah.
Mau tak mau Asri menuruti lagi apa yang dinginkan ibunya. Ia pun mulai mencari gadis yang cocok untuk dijadikan istrinya.
Dia mulai memilih wanita di Negerinya yang belum menikah.
Lalu Asri menemukan seorang gadis yang dianggap cocok untuk menjadi calon istrinya.
Gadis itu adalah Saniah. Keinginannya melamar Saniah bukanlah tanpa alasan. Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah.
Rusiah adalah wanita yang baik hatinya, dan lembut perangainya.
Tapi waktu Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro.
Lalu Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dia beranggapan bahwa
Saniah kira-kria tak akan jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perangainya. Demikianlah harapan dan dugaan Asri.
Akhirnya Asri bersama-sama ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah yang merupakan kelaurga terpandang, keluarga seorang bangsawan kaya dan terpelajar.
Meskipun ibu gadis tersebut memiliki perilaku yang kaku dan cenderung angkuh, tapi Asri menduga bahwa Saniah tentunya berperilaku lain dengan ibunya.
Kemudian Asri memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya.
Ketika pertunangan, Saniah berusaha menampakkan perilakunya yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri.
Perilaku demikian itu membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu.
Selang beberapa waktu, maka dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah.
Setelah menikah Asri dan Saniah pindah ke Rumah Gadang milik keluarga Asri.
Di rumah inilah diketuhui bahwa perilaku Saniah tidaklah sebaik yang dia perlihatkan sebelum menikah.
Saniah memandang rendah Asnah, hanya karena Asnah adalah anak angkat.
Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum bangsawan.
Kenyataannya perilaku Saniah begitu angkuh, sering menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah.
Bahkan terhadap mertuanya Saniah juga bersikap tidak sopan.
Tapi untunglah Asnah adalah seorang gadis tegar dan sabar dan mempunyai hati lapang.
Dia tidak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.
Semakin lama sifat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan suaminya dan sering berkata-kata kasar.
Sehingga dapat dilihat kalau sifat Saniah tak jauh beda dengan ibunya yaitu Rangkayo Salehah.
Suatu hari Saniah pulang ke rumah orang tuanya saat itu Sidi Sutan, pembantunya datang menjemput.
Yang semula bermaksud menjemput Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah Saniah pulang sendiri tanpa didampingi oleh suaminya.
Orang tua Saniah (Rangkayo Saleah) mendapat informasi bahwa anak laki-lakinya Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yaitu anak seorang saudagar batik di kota Padang.
Rangkayo Saleah (Ibu Saniah) sangat murka dan menganggap gadis tersebut tidak sesuai dengan pilihannya.
Sementara Dt. Indomo ayah Kaharuddin yang juga ayah Saniah, merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, karena Ia menganggap bahwa kebahagian anaknya adalah yang utama.
Namun suaminya tersebut pun tidak berdaya akibat keangkuhan Rangkayo Saleah.
Tapi Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ke Padang untuk menentang pernikahan Kaharuddin.
Saniah yang berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya dari rumah Gadang diajaknya untuk pergi ke kota Padang.
Dalam perjalanan kendaraan yang mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak Saniah memandang negeri yang ia tinggallkan.
Tapi tidak tahu kenapa, begitu banyak yang ia ingat saat ia memandang Rumah Gadang yang nampak jelas terlihat dari kejauhan.
Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, ia telah durhaka terhadap suaminya, teringat ia akan dosa-dosa yang telah ia perbuat terhadap Asnah.
Setelah lama memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh. Lalu perjalanan mereka dilanjutkan.
Rangkayo Saleah menyuruh sang sopir untuk cepat dan ngebut supaya segera sampai ke tujuan.
Sang sopir pun gembira ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya untuk memacu kendaraannya dengan cepat.
Baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam mengendalikan mobil, walaupun jalanan berkelok tajam dan tebingnya yang begitu curam.
Tapi yang terjadi, sang sopir kehilangan kendalinya, dan mobil jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering.
Rangkayo Saleah meninggal di tempat kejadian, sementara Saniah yang masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumah sakit.
Tapi karena kecelakaan yang dialaminya cukup parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Asri pun menjadi duda, dan banyak lamaran datang kepada Asri setelah itu. Tapi dia tak ingin salah pilih lagi.
Ia memutuskan jika ia hendak menikah lagi, ia hanya akan menikah dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi kawan yang selalu ada dalam susah, sedih, senang dan gembira.
Akhirnya Asri memilih Asnah. Ia yakin bahwa Asnah lah satu-satunya perempuan terbaik bagi dirinya, karena sudah kenal sejak lama.
Akhirnya Asri datang ke rumah Asnah dan mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Asnah secara diam-diam.
Karena mereka tahu bahwa pernikahan mereka pastilah di tentang oleh adat dan masyarakat di daerah mereka yang tidak membenarkan adanya suatu pernikahan sesama suku.
Adat tersebut mengatakan bahwa jika ada yang menikah dengan saudara sesuku maka konsekuensinya mereka harus di usir dari daerah tersebut.
Asri pun berpikir, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya serta harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi meninggalkalkan kampung halaman.
Asri pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Pulau Jawa.
Pada awal kepindahan ke Pulau Jawa, kehidupan mereka tidak begitu cukup.
Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung yang kebetulan sama-sama tinggal di Jawa.
Tapi karena usaha keras dan kesabaran hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak dan yang terpenting, Asri mendapatkan kebahagian bersama Asnah.
Beberapa tahun kemudian Asri mendapat surat dari kampung halamannya untuk pulang.
Penduduk kampung telah kehilangan sosok cerdas seperti Asri yang dapat memajukan kampung mereka.
Akhirnya Asnah dan Asri pun pulang ke kampung halaman. Di sana mereka disambut bagai seorang Raja.
Asnah sangat bahagia karena dapat bertemu dengan keluarganya dan tetangganya di rumah gadang tersebut.
Asri juga senang karena ada kesempatan mengabdikan dirinya. Dia merasa siap membawa kemajuan bagi kampung halamannya.