Sinopsis Novel Atheis – Achdiat K. Mihardja

Diposting pada

Sastra Angkatan tahun 1945

Karya: Achdiat K. Mihardja

Ringkasan Umum:

Seorang pemuda awalnya taat beragama, karena kecewa tidak jadi menikah dengan wanita pujaan, dia pindah ke Bandung.

Di Bandung dia terpengaruh oleh orang-orang yang tidak percaya tuhan tapi memiliki pengatahuan luas, terlebih lagi setelah menikah dengan wanita yang juga berpikiran bebas.

Akhirnya keimanan pemuda ini jadi hilang.

Banyak masalah yang terjadi setelah itu, dan akhirnya pulang kampung ke rumah dan minta maaf pada orang tua, tapi ditolak dan diusir dari rumah.

Kemudian dia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia.

Seorang pemuda bernama Hasan lahir  di Panyeredan berasal dari sebuah keluarga yang fanatik terhadap agama Islam.

Maka tak heran jika ia pun juga sangat taat dalam beribadah.

Hasan adalah pemuda yang pandai, dan  menghormati orang tuanya.

Hasan melanjutkan sekolahnya ke Bandung. Di sana ia berkenalan dengan Rukmini dan menjalin hubungan dan ingin menikahinya.

Namun status sosial Rukmini berbeda dengan Hasan, lalu orang tua Rukmini memintanya untuk kembali ke Jakarta dan pada akhirnya dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang saudagar kaya.

Hati Hasan sangat sakit. Ia pun merasa kecewa dan patah hati karena baginya Rukmini adalah seseorang yang baik, soleha dan sangat cantik.

Namun, hal tersebut selalu manjadi beban pikirannya.

Sejak saat itu Hasan menginginkan tingkatan ibadah yang lebih agar ia bisa lebih dekat dengan sang pencipta.

Ia pun mengikuti jejak ayahnya yang menganut ilmu tarekat.

Kemudian Hasan pergi ke Bandung dan bertemu dengan Rusli yang merupakan kawan saat  masih kecil.

Di sana ia juga melihat seorang wanita cantik bernama Kartini yang mempesona Hasan pada pandangan pertama.

Sejak pertama bertemu tersebut Hasan mulai menaruh hati pada Kartini karena mirip dengan Rumkini.

Dia juga sering  berkunjung ke rumah Rusli  untuk sekedar bertanya tentang Kartini.

Tapi setiap datang ke rumah Rusli, ia pun pasti melihat Kartini  di sana.

Mulanya ia  cemburu dan menduga pergaulan antara Rusli dan Kartini bukan hubungan antara kakak dan adik, melainkan lebih.

Akhirnya Hasan tahu bahwa Rusli merupakan seorang yang  tidak percaya adanya Tuhan.

Setiap berbincang dengan mereka Hasan sering tidak dapat mengendalikan diri saat argumen-argumen Rusli logis adanya.

Pernah juga dia emosi pada Rusli. Kesimpulannya ia menyimpulkan untuk membantu Rusli dan Kartini ke jalan yang benar.

Tapi upaya Hasan selalu gagal karena berargumen dengan orang-orang yang pengetahuannya luas.

Terlebih ketika Hasan juga berkenalan dengan teman Rusli yang lain, yakni Anwar yang seorang atheis, tidak percaya kepada Tuhan.

Karena kepintaran Anwar mempengaruhi Hasan, Hasan mulai terpengaruh.

Kesalehan yang selama ini melekat dalam dirinya perlahan-lahan luntur.

Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan dan mulai tidak taat beribadah.

Keimanan Hasan jadi tambah hilang saat ia menjalin hubungan dengan Kartini.

Ia semakin menjadi sosok pribadi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Di mata Hasan, sosok Kartini sangat mirip dengan Rukmini,  kekasihnya yang sudah dijodohkan oleh orang tuanya.

Hasan dan Kartini pun akhirnya menikah . kedua orang tua Hasan tidak menyetujui pernikahan tersebut. Namun tetap menikahi Kartini.

Rumah tangga Hasan dan Kartini tidak harmonis karena Kartini orangnya sangat bebas dan ada juga Anwar yang memperburuk keadaan. Akhirnya mereka pun bercerai.

Dari masalah tersebut Hasan kembali membutuhkan Tuhan.

Kemudian membuat Hasan merasa berdosa kepada orangtuanya dan juga kepada Allah.

Selanjutnya Hasan sakit tuberkulosis. Setelah beberapa minggu, kemudian Anwar pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat.

Ia  berniat bersujud di kaki ayahnya yang pada saat itu sakit parah.

Tapi Ayahnya masih marah dan tidak menerima permohonan maaf dari Hasan. Lalu Hasan disuruh pergi dari rumah.

Hasan akhirnya kembali ke Bandung karena sudah putus harapan.

Hasan menemui seorang jurnalis dan menyerahkan suatu tulisan tentang riwayat hidupnya, saat itu Hasan masih sakit-sakitan.

Jurnalis tersebut mau menerbitkan karya Hasan jika terjadi sesuatu kepada Hasan.

Setelah itu, Hasan pergi dari rumah setelah jam malam dan tertembak oleh patroli pasukan Jepang.

Dia lalu meninggal setelah disiksa, dengan kata terakhirnya “Allahu Akbar”. Esok harinya, datanglah Rusli dan Kartini menjemput jenazahnya.