Sastra angkatan Pujangga Baru
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Ringkasan umum:
Sepasang kekasih yang saling mencintai, akhirnya terpisahkan karena status sosial.
Cinta mereka abadi walaupun tubuh dimiliki oleh orang lain, tapi jiwa dan ruh mereka hanya dipersembahkan untuk sang kekasih.
Cinta mereka selalu menyala, dan tak kunjung padam. Jiwa dan ruh mereka menyatu selamanya
Pada suatu pagi di sebuah sungai, Yasin sedang duduk di perahunya untuk menjual barang yang berasal dari ladangnya.
Yasin adalah seorang pemuda miskin dan ayahnya sudah meninggal.
Tiba-tiba dia melihat seorang perempuan yang hendak turun mandi ke tepian sungai.
Perempuan itu adalah seorang anak bangsawan Palembang, dia bernama Molek.
Pertemuan pertama ini membuat hati Yasin berdebar, demikian juga yang dirasakan oleh Molek.
Sejak saat itu Molek teringat kegagahan Yasin, dan secara tidak sadar sudah mulai suka berdandan.
Yasin pun mulai merasa gelisah, dan selalu terbayang wajah Molek yang cantik.
Pada suatu hari Yasin dan ibunya diundang ke pesta pernikahan kerabatnya.
Selama berada di pesta itu, Yasin selalu memikirkan Molek
Pulang dari pesta perkawinan, Yasin memberanikan diri mohon ijin pada ibunya untuk menemui Molek.
Lalu Yasin menulis surat cinta dan menyelipkan surat tersebut di tempat pemandian Molek.
Molek terkejut ketika mendapatkan surat dari Yasin.
Tapi dari wajahnya terpancar rona kebahagiaan.
Lalu dia dengan kesungguhan hati membalas surat tersebut, dan menerima cinta Yasin
Tapi mereka sadar, mengingat status sosial yang sangat berbeda, Yasin dan Molek tidak bisa menolak kenyataan tersebut.
Oleh sebab itu, Selama bertahun-tahun sepasang sejoli itu hanya berkasih mesra lewat surat-surat yang diselipkan di tepian tempat Molek mandi.
Hingga suatu hari Yasin bertekad untuk menghubah hubungan cinta yang selama dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Dia hendak melamar Molek secara terang-terangan.
Kemudian pemuda itu memberitahukan niatnya kepada ibunya dan seluruh kerabatnya.
Keluarga Yasin pun berembuk dan dengan segala kesederhanaannya, mereka melamar Molek.
Tapi sayang, maksud kedatangan mereka ditolak oleh keluarga Molek.
Orang tua Molek yang bernama Raden Makhmud adalah seorang bangsawan dan mempunyai harta yang banyak.
Sementara Yasin berasal dari keluarga dusun yang miskin.
Keluarga Molek, baik itu Raden Mahmud dan ibu Molek bahkan menghina dan menyindir keluarga Yasin sehingga rombongan itu pulang dengan membawa segudang rasa malu dan kesal.
Tak lama kemudian keluarga Molek didatangi oleh Sayid yaitu seorang saudagar tua keturunan Arab yang kaya raya.
Lelaki tua itu bermaksud untuk melamar Molek.
Orangtua Molek yang materialistis itu langsung memutuskan untuk menerima lamaran Sayid.
Sekalipun Molek menolak lamaran itu, perkawinan antara keduanya pun tetap berlangsung.
Kehidupan perkawinan mereka tidak membawa kebahagiaan bagi Molek karena ia tidak mencintai Sayid.
Molek juga tahu kalau tujuan Sayid menikahinya karena harta ayahnya saja.
Selain itu, perlakuan Sayid terhadapnya pun sangat kasar.
Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kegalauan, kesedihan, dan kerinduannya terhadap Yasin melalui surat-suratnya.
Ketika mengetahui pujaan hatinya hidup menderita dan juga karena kerinduannya yang semakin mendalam terhadap kekasihnya itu,
Yasin mencoba menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang pedagang nanas.
Walau akhirnya Molek bertemu jua dengan Yasin, namun ternyata ada sesuatu yang susah dipahami oleh Yasin dalam kata-kata yang disampaikan oleh Molek.
Bagi Molek, cintanya hanya untuk Yasin, namun karena tubuhnya telah ternoda oleh manusia lain,
maka dia memutuskan untuk menyelamatkan Ruhnya yang mencintai Yasin dunia akhirat, seperti yang dituliskannya pada setiap penghujung suratnya kepada Yasin.
“satu kita di dunia, satu kita di akhirat, kita sebenarnya satu selama-lamanya!” Wassalam adindamu, Molek
Pada akhir pertemuan tersebut, Molek kembali mengatakan bahwa hanya tubuhnya yang bisa dimiliki oleh suaminya, tapi jiwa dan ruh Molek adalah untuk Yasin semata.
Tidak lama setelah pertemuan yang mengharukan antara sepasang kekasih yang saling mencintai itu, akhirnya Molek sakit-sakitan karena sudah lama menderita bersama suaminya yang sekarang, ditambah lagi luka hati yang tak kunjung berhenti karena selalu merindukan kekasihnya Yasin.
Karena penderitaan bersama suaminya yang sekarang dan kerinduan yang mendalam pada Yasin, juga karena setelah sekian waktu sakit-sakitan, akhirnya Molek pun wafat.
Hati Yasin menjadi sangat terpukul. Sebagai penghormatan pada almarhumah kekasihnya, Yasin bekerja keras banting tulang.
Setiap hari dia mengunjungi pusara Molek. Yasin selalu berdoa untuk arwah Molek dan selalu berkirim salam kepada kekasih abadinya itu.
Pada akhirnya Yasin memilih hidup menyepi di lereng gunung Semenung dan ia pun meninggal di gunung itu, karena derita panjang tidak bisa bersatu dengan Molek kekasihnya.
Dua ruh kekasih yang saling mencintai akhirnya meninggalkan dunia fana ini. Menuju alam yang kekal dan abadi.