Diskusi Sastra Lintas Batas “Hikayat di Tepi Kapuas”, Asyiknya! Jumat, 31 Oktober 2025 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Kegiatan sastra di Pontianak menjadi viral karena berhasil mempertemukan penulis dari tiga negara (Indonesia, Malaysia, Brunei) dalam satu forum.

Elemen Jurnalistik Detail Peristiwa
What (Apa) Diskusi sastra dan workshop kepenulisan “Hikayat di Tepi Kapuas: Sastra Lintas Batas” yang berfokus pada narasi Melayu Borneo.
Where (Di Mana) Di Rumah Adat Melayu Pontianak, di tepi Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
When (Kapan) Sepanjang hari, Jumat, 31 Oktober 2025.
Who (Siapa) Penulis, sejarawan, dan akademisi dari Kalimantan Barat, Sarawak (Malaysia), dan Brunei Darussalam.
Why (Mengapa) Untuk memperkuat jaringan sastra serumpun Melayu di kawasan Borneo dan meneliti akar budaya yang sama.
How (Bagaimana) Diskusi dilakukan dalam format hybrid (fisik dan virtual), membahas perkembangan novel dan puisi yang mengangkat tema sungai dan hutan.

SEO Analisis: Sastra Lintas Batas Pontianak, Penulis Borneo, Hikayat Kapuas, Sastra Melayu Kalimantan.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

Tujuan: Mengkaji dan mempopulerkan kembali kekayaan narasi dan hikayat Melayu Borneo yang kini terpecah oleh batas negara, serta mendorong penulis muda menggunakan latar lokal.

Manfaat:

  • Diplomasi Budaya: Mempererat hubungan kebudayaan antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei melalui sastra.
  • Dokumentasi Kearifan Lokal: Mendokumentasikan kearifan lokal Dayak dan Melayu yang terancam punah.
  • Pengembangan Kritik Sastra: Meningkatkan kualitas kritik sastra yang berfokus pada isu-isu regional.

Karya Sastra yang Ditampilkan

Judul Karya: Koleksi Puisi Senandung Riam dan Hikayat Raja-Raja Pontianak

Jenis Karya: Puisi dan Teks Hikayat Lama (Sastra Lama).

Kutipan Kunci (Simulasi):

“Kapuas tak hanya membawa air. Ia membawa nama-nama yang dilupakan, sejarah yang ditenggelamkan, dan janji-janji yang tak tertepati. Kita adalah penjaga janji itu, yang menulisnya di atas kijing ombak.”

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.