Diskusi Sastra Warisan Melayu, Indah Banget! Senin, 3 November 2025 di Kota Pekanbaru, Riau

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Berita Sastra (3 Peristiwa Viral)

Kegiatan sastra di Pekanbaru hari ini menjadi sorotan nasional berkat inisiatif tiga komunitas sastra berbeda yang bersatu dalam sebuah acara bertajuk “Wadah Sastra Lancang Kuning”.

Apa (What): Tiga peristiwa sastra yang digabung menjadi satu forum diskusi dan pertunjukan. Pertama, peluncuran antologi puisi bertema ekologi gambut berjudul Riak Senja. Kedua, Diskusi panel tentang revitalisasi sastra Melayu klasik. Ketiga, pembacaan cerpen oleh penulis lokal tentang konflik lahan.

Siapa (Who): Acara ini diinisiasi oleh Komunitas Sastra Pesisir Riau, didukung oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaan, dan dihadiri oleh sastrawan nasional seperti Prof. Dr. Tenas Effendy Muda.

Kapan (When): Dilaksanakan hari ini, Senin, 3 November 2025, mulai pukul 14.00 WIB hingga 18.00 WIB.

Di Mana (Where): Bertempat di Gedung Anjungan Seni Idrus Tintin, Pekanbaru.

Mengapa (Why): Untuk menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap warisan sastra Melayu yang kaya filosofi dan relevan dengan isu-isu kontemporer, seperti lingkungan dan adat.

Bagaimana (How): Diskusi panel berlangsung interaktif, diikuti dengan pertunjukan musikalisasi puisi yang menggunakan instrumen tradisional Melayu.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

Tujuan:

  1. Melestarikan Sastra Melayu: Mengangkat kembali nilai-nilai dan filosofi yang terkandung dalam karya-karya sastra Melayu klasik dan kontemporer.
  2. Meningkatkan Literasi Ekologi: Menggunakan sastra sebagai media untuk menyuarakan isu-isu lingkungan di Riau, seperti kebakaran hutan dan lahan gambut.

Manfaat:

  • Menjadi platform kolaborasi bagi sastrawan muda dan senior di Sumatera.
  • Mendorong terciptanya karya-karya sastra yang berbasis kearifan lokal.
  • Meningkatkan kunjungan wisata budaya ke Pekanbaru.

Karya Sastra yang Ditampilkan:

Puisi dari Antologi Riak Senja

SUNGAI JANTUNG MELAYU

Di lipatan tanah yang basah dan hitam, Kau alirkan sejarah, bukan sekadar air. Akar-akar merangkulmu dalam diam, Tapi desau napasmu, kini makin getir.

Riak senja bukan lagi emas, tapi bara, Ketika gambut merintih dibakar raga. Siapa yang tak mendengar jerit udara? Sastra adalah air mata di tepi telaga.

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.