Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Sumut, Indah Banget! Sabtu, 1 November 2025 di Medan, Sumatera Utara

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Tren Hari Ini: Program revitalisasi bahasa daerah terus menjadi sorotan utama di kancah sastra dan kebudayaan. Khususnya di Pulau Sumatera, gebrakan teranyar dari Balai Bahasa adalah program yang terintegrasi dengan kearifan lokal, memicu lonjakan partisipasi generasi muda.

Elemen Jurnalistik Keterangan (5W+1H)
What (Apa) Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Sumatera Utara, sebuah ajang revitalisasi tujuh jenis kegiatan bahasa daerah.
When (Kapan) Puncaknya digelar baru-baru ini, dengan gemuruh apresiasi yang berlanjut hingga hari ini, Sabtu, 1 November 2025.
Where (Di Mana) Medan, Provinsi Sumatera Utara, melibatkan peserta dari berbagai kabupaten/kota.
Who (Siapa) Ratusan siswa, guru pendamping, Balai Bahasa Provinsi Sumut, dan pegiat sastra lokal.
Why (Mengapa) Untuk menyelamatkan dan menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah agar tidak punah, menjadikannya media ekspresi dan sastra.
How (Bagaimana) Melalui kompetisi yang kreatif dan inklusif, mencakup menulis cerpen dan puisi dalam bahasa daerah, hingga komedi tunggal (stand-up comedy) bertema kearifan lokal.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra:

Tujuan utama kegiatan ini adalah Revitalisasi Linguistik dan Sastra. Manfaatnya sangat besar, yaitu:

  1. Pelestarian Identitas: Menanamkan kebanggaan pada bahasa ibu sebagai akar budaya dan sumber inspirasi sastra.
  2. Inovasi Karya: Mendorong lahirnya karya sastra kontemporer (puisi, cerpen, komedi) yang menggunakan diksi dan idiom lokal, memperkaya khazanah Sastra Indonesia.
  3. Keterlibatan Milenial: Menghubungkan sastra tradisional dengan format modern seperti stand-up comedy, membuatnya relatable dan viral di kalangan anak muda.

Karya Sastra yang Ditampilkan:

Kegiatan ini menampilkan beragam karya, termasuk Sajak Batak (puisi) yang mengangkat tema holong (cinta) atau huta (kampung halaman), serta Cerpen Melayu yang kental dengan nuansa pantun dan pepatah adat setempat. Salah satu karya yang viral adalah “Tumbuh Dalam Aksara”, sebuah sajak yang memadukan aksara Batak Toba dan Latin, mengisahkan perjuangan pelestarian bahasa.

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.