Seminar Sastra Lintas Budaya “Tenun Kata dan Lontar”, Keren! Jumat, 31 Oktober 2025 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Kegiatan sastra di Kupang ini menjadi viral karena fokusnya pada sastra ekofeminis (sastra yang peduli lingkungan dari sudut pandang perempuan) dari Nusa Tenggara.

Elemen Jurnalistik Detail Peristiwa
What (Apa) Seminar dan workshop kepenulisan bertajuk “Tenun Kata dan Lontar: Sastra Perempuan dan Isu Lingkungan NTT” yang mengangkat karya sastra setempat.
Where (Di Mana) Auditorium Universitas Nusa Cendana (Undana), Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
When (Kapan) Sepanjang hari, Jumat, 31 Oktober 2025.
Who (Siapa) Penulis dan akademisi perempuan NTT, didukung oleh tokoh adat dan pegiat konservasi lokal.
Why (Mengapa) Untuk mengangkat peran perempuan dalam sastra dan isu konservasi lingkungan di NTT, khususnya krisis air dan kelangkaan bahan pangan.
How (Bagaimana) Peserta seminar menenun motif lokal sambil mendengarkan pemaparan tentang simbolisme kain tenun dalam puisi, dan diakhiri dengan kunjungan ke kebun lontar.

SEO Analisis: Sastra Perempuan NTT, Seminar Sastra Lintas Budaya Kupang, Puisi Lontar, Sastra Ekofeminis.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

Tujuan: Mendorong penulis perempuan NTT untuk menuliskan pengalaman mereka terkait tanah, tradisi, dan isu lingkungan, menjadikan sastra sebagai alat advokasi.

Manfaat:

  • Advokasi Lingkungan: Menyuarakan isu krisis air dan pangan di NTT melalui karya sastra.
  • Eksistensi Penulis Lokal: Memberikan platform yang kuat bagi penulis dari daerah terpencil di Nusa Tenggara.
  • Integrasi Seni dan Budaya: Menghubungkan seni menenun (budaya) dengan sastra (kata-kata).

Karya Sastra yang Ditampilkan

Judul Karya: Puisi-puisi Pilihan dari Antologi Bumi Tandus dan Cerita Pendek Nona di Bawah Pohon Lontar

Jenis Karya: Puisi dan Cerpen Ekofeminis.

Kutipan Kunci (Simulasi):

“Tanah di sini tak hanya kering, ia menunggu kata-kata. Air mata kita adalah air hujan yang tak jadi turun, terperangkap di benang-benang tenun. Menulis adalah cara kita menenun hujan, mengembalikan janji-janji kepada bumi.”

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.