Peluncuran Film Dokumenter “Daba” dan Festival Sastra, Keren! 4 November 2025 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Peristiwa (Metode 5W+1H)

Elemen Keterangan
What (Apa) Peluncuran ( launching) Film Dokumenter “Daba” yang mengisahkan ritus inisiasi anak Jingitiu di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur, sebagai bagian dari Festival Sastra Santarang V.
When (Kapan) Selasa, 4 November 2025, (15.00 – 18.00 WITA).
Where (Di mana) Aula Diskominfo Provinsi NTT, Kota Kupang.
Who (Siapa) Komunitas Sastra Dusun Flobamora (penyelenggara dan pembuat film), sastrawan lokal, budayawan, dan Kepala Dinas Kebudayaan NTT.
Why (Mengapa) Untuk merayakan literasi dan mendokumentasikan kekayaan sastra lisan dan ritual budaya di NTT melalui media sinema (film dokumenter), dan menjadikannya sumber inspirasi bagi sastrawan.
How (Bagaimana) Acara diawali dengan screening film “Daba”, dilanjutkan dengan diskusi panel yang membahas hubungan antara sastra lisan, ritual adat, dan dokumentasi sinematik, diakhiri dengan pembacaan puisi yang terinspirasi dari film tersebut.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Aspek Penjelasan
Tujuan Utama Melestarikan sastra lisan dan ritual adat Nusa Tenggara yang terancam punah dengan mengubahnya menjadi karya sastra dan sinema yang modern dan mudah diakses, terutama oleh generasi Sabu.
Manfaat bagi Masyarakat Mengedukasi publik tentang kekayaan budaya Sastra Timur Indonesia. Mendorong dokumentasi budaya lokal yang kreatif. Menyediakan film dokumenter yang bernilai etnografi dan sastra.
Manfaat bagi Seniman Menjadi perayaan bagi pegiat sastra di NTT, memberikan apresiasi terhadap karya sastra yang berbasis penelitian budaya yang mendalam.

Karya Sastra yang Ditampilkan

  • Judul Karya Utama: Film Dokumenter “Daba” (Naskah film berbasis sastra lisan/etnografi).
  • Genre: Dokumenter Sastra (Etnografi), Sastra Lisan (Ritus dan Mantra Adat Sabu).
  • Teks Sastra Lisan yang Didokumentasikan: Mantra Tanu (Ritus Inisiasi) anak Jingitiu (Ditampilkan dalam narasi film dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia).

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.