Tim indoSastra
Marius Ramis Dayoh dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
Sastrawan ini lahir pada tanggal 2 November 1909 di Airmadidi, Minahasa, Sulawesi Utara.
Dajoh meninggal dunia pada 15 Mei 1975.
Pendidikan sastrawan ini dimulai pada tahun 1923 di Kweek School Ambon (atau Sekolah Guru Negeri) .
Setelah itu dia melanjutkan sekolah ke Hogere Kweek School Bandung pada tahun 1926.
Kemudian mengikuti kursus Christhely Noormal Cursus Voer de Hupalte di Malang pada tahun 1927-1929.
Kemudian pada tahun 1930 mengambil kuliah di Universitas Sawerigading hingga mendapatkan gelar Doktor Kehormatan pada tahun 1933.
Sastrawan HB Jassin menyebut Dajoh sebagai pelopor Nieuwe Zakeljkheid melalui sajak-sajaknya.
Banyak yang mengatakan bahwa Marius Ramis Dayoh sebagai bukti individualisme di tengah masyarakat modern Indonesia,
karena kurang menguasai bahasa Melayu dan menggunakan bahasa Indonesia yang terbentuk oleh pendidikan Barat.
Kebanyakan karya Marius Ramis Dayoh ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Belanda dan Indonesia, akan tetapi sebagian besar kumpulan puisinya memakai bahasa Belanda, dan saat ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Marius Ramis Dajoh juga sering menulis dalam berbagai majalah, antara lain Poedjangga Baroe, dan majalah bulanan Krsiten, Sebiji Sawi.
Beberapa syairnya yang berbahsa Belanda dikumpulkan dalam Syair Untuk ASIB (Algemen Steunfonds voor Inheemse Behoeftigen) atau Yayasan Sokongan Umum untuk Fakir Bumiputera yang didirikan pada tahun 1934-1935 dalam rangka memberantas kelaparan.
Karya-karya Marius Ramis Dajoh:
- Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931)
- Antologi puisi Syair untuk ASIB (1935)
- Putera Budiman (1941)
- Ratna Rakyat (1951),
- Koobangan (1953)
- Mamanua (1969)
Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat.