Yanusa Nugroho (Sastrawan dan Pujangga)

Diposting pada

Tim indoSastra

Profil sastrawan ini data awalnya diambil dari lembaga pemerintahan Indonesia, ini berdasarkan “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”Data tersebut kemudian diolah supaya lebih mudah dibaca.

Yanusa Nugroho dikelompokkan sebagai Sastrawan 1980 – 1990 an.

Dia lahir pada tanggal 2 Januari 1960 di Surabaya, Jawa Timur. Dimulai dari kecil ia gemar membaca, terutama cerita wayang.

Masa kecilnya di Surabaya dijalani sampai tahun 1969, ketika kesenian tradisional, seperti ludruk, ketoprak, wayang wong, dan wayang kulit, tumbuh subur di Surabaya.

Tahun 1970, ia mengikuti orang tuanya pindah ke Palembang.

Pendidikan dasarnya diawali di SD YMCA Surabaya, tetapi ia menamatkannya di SD Methodist II Palembang (1974).

Sekolah menengah pertamanya di SMP Negeri I Sidoarjo, Jawa Timur (1977).

Pendidikan SMA dilanjutkan di SMAN 43, Jakarta Selatan (1981). Setelah lulus, ia melanjutkan kuliah di IPB, Bogor, tetapi drop out pada tahun 1983.

Kemudian dia pindah ke Jakarta mendaftar kuliah menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra UI, jurusan Sastra Indonesia.

Ia dapat menamatkan kuliahnya dan diwisuda sebagai sarjana sastra pada tahun 1989.

Dia memulai menulis ketika masih duduk di bangku sekolah menengah dan mulai berkibar ke blantika media massa pada tahun 1981 sampai sekarang.

Karya cerpennya hingga kini dimuat di media massa, seperti Kompas, Matra, Suara Pembaruan,

Media Indonesia, Koran Tempo, Suara Merdeka, Republika, Femina, Amanah, Syir’ah, Noor, dan Ayah Bunda.

Disamping aktif dalam dunia tulis-menulis, terutama cerpen, Yanusa juga pernah menjadi redaksi di majalah Berita Buku IKAPI.

Kemudian pada tahun 1991, setelah tidak lagi duduk sebagai redaksi Majalah Berita Buku IKAPI, Yanusa mencoba mencari pengalaman menjadi penulis naskah di biro iklan Adwork Advertising.

Lalu dia mencoba lagi mencari pengalaman ke tempat baru. Tempat yang dituju adalah Indo-Ad.

Di Indo-Ad (sekarang bernama Ogilvy) Yanusa tetap berprofesi sebagai penulis naskah iklan.

Pekerjaan Yanusa di berbagai biro iklan berakhir tahun 1998. Sejak tahun itu pula, ia lebih menikmati hidup sebagai penulis lepas.

Karya cerpennya yaitu “Kunang-Kunang Kuning”(1987) pernah meraih penghargaan Multatuli dari Radio Nederland.

Kumpulan cerpennya, “Segulung Cerita Tua”, masuk nominasi Hadiah Sastra Katulistiwa. Tahun 2006,

cerpennya “Wening” mendapat Anugerah Kebudayaan tahun 2006 dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.

Lalu ada naskah skenario yang ditulisnya dikemas dalam bentuk serial animasi berjudul “Dongeng Untuk Anak dan Kau”. Naskah itu diproduksi oleh Red Rocket Bandung.

Dia pernah membantu SET Production. Dia menulis salah satu skenario seri Tokoh Bangsa, Bung Hatta.

Selain itu Yanusa pernah menulis naskah berupa Gallery of Kisses di EKI DANCE COMPANY.

Disamping menulis cerpen, Yanusa juga masih sempat membantu kelompok Deddy Luthan Dance Company dalam menggarap beberapa karya tari.

Di lain pihak, dia suka dunia wayang sejak kecil masih terus digeluti hingga kini.

Karena kecintaannya pada wayang, terlebih wayang kulit, karya sastra yang ditulis ada yang didasari pada cerita wayang, terutama tokoh dan ceritanya.

Dua novelnya yang berjudul Di Batas Angin dan Menyura adalah karyanya yang ditulis berdasarkan kisah pewayangan Jawa.

Berdasarkan itu, Yanusa melahirkan konsep pertunjukan wayang kulit televisi kalasinema, yang digarapnya bersama Ki Manteb Sudharsono dan para seniman pengajar STSI, Surakarta.

Konsep pertunjukan wayang purwa itu sempat dijadikan VCD. Mathew Cohen pengamat seni pertunjukan Asia dan pengajar di Glossgow University, pernah memutar kalasinema sebagai materi pembelajaran di fakultas yang dipimpinnya.

Dia juga sudah membuat VCD pembacaan cerpen berdurasi 40 menit, yang berjudul Anjing, yang diambil dari kumpulan cerpennya Kuda Kayu Bersayap.

Sekarang dia bersama istri dan dua orang anaknya tinggal di Bukit Nusa Indah, Jalan Pinang Kav. 982, Ciputat 15414.

Ia masih terus dan tetap berkarya, terutama menulis cerbung dan cerpen.

Di samping kesibukan menulis, Yanusa Nugroho juga mengajar penulisan kreatif (copywriting) di Yayasan Budha Dharma Indonesia (BDI),

membimbing penulisan naskah iklan, membimbing workshop penulisan cerita fiksi (cerpen) di berbagai tempat, dan membimbing menulis artikel pentas kesenian di berbagai daerah di Indonesia.

Karya-karya Yanusa Nugroho:

a. Cerpen

  1. Bulan Bugil Bulat (1989)
  2. Cerita di Daun Tal (1992)
  3. Menggenggam Petir (1996)
  4. Segulung Cerita Tua (2002)
  5. Kuda Kayu Bersayap (2004)
  6. Tamu dari Paris (2005)

Cerpen yang dibukukan bersama sastrawan lain:

  1. Di dalam Kado Istimewa (1992)
  2. Lampor (1994)
  3. Laki-Laki yang Kawin dengan Peri (1995)
  4. Mata yang Indah (2001)
  5. Jejak Tanah (2002)
  6. Sepi pun Menari di Tepi Hari (2004)
  7. Kurma (2003)
  8. China Moon (2003)
  9. 9. Cerpen yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ingris, Diverse Lives (editor Jeanette Lingard) (1995)

b. Novel

  1. Di Batas Angin (2003)
  2. Manyura (2004)
  3. Boma (2005)

Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan