Sastra Angkatan Balai Pustaka
Karya: Nur Sutan Iskandar
Ringkasan umum:
Seorang laki-laki yang berasal dari keluarga kaya menjadi sangat sombong dan suka foya-foya. Sifatnya masih sama walau sudah menikah.
Setelah orang tuanya meninggal, sifatnya juga tidak berubah. Ketika harta warisan orang tuanya habis, dia menjalani hidup yang melebihi kemampuannya.
Seperti kata pepatah “besar pasak daripada tiang”. Sampai ketika anaknya menikah sikap beruknya tetap ada.
Hasilnya adalah istri, anak, dan menantunya jadi menderita. Pada akhirnya istrinya meninggal dunia karena sudah terlalu banyak beban dan malu yang ditanggung akibat perbuatan laki-laki tersebut.
Haji Hasbullah dan Haji Zakaria adalah sahabat dekat. Mereka sudah lama bergaul.
Haji Zakaria mempunyai anak laki-laki bernama Suria dan Haji Hasbullah mempunyai anak perempuan bernama Zubaedah.
Karena merasa dekat, Haji Zakaria datang melamar ke keluarga Haji Hasbullah dengan maksud menikahkan Suria dengan Zubaedah.
Awalnya Haji Hasbullah merasa keberatan karena dia sudah mempunyai calon bagi Puterinya yaitu seorang mantri polisi yang bernama Raden Prawira.
Alasan lain yang membuat Haji Hasbullah tidak setuju menerima lamaran itu karena dia mengetahui sifaf Suria yang angkuh, kasar, pongah, serta suka berfoya-foya.
Mengingat Haji Zakaria adalah sahabat dekat sejak lama, Akhirnya dengan berat hati, Haji Hasbullah menerima lamaran Haji Zakaria yang akan menikahkan anak lelakinya Suria dengan anak Haji Hasbullah yang bernama Zubaedah.
Apa yang diduga Haji Hasbullah selama ini benar-benar terjadi. Dia melihat sendiri bagaimana sifat dan tingkah laku Suria tidak berubah, walau pun sudah menikah.
Apalagi setelah ayahnya wafat, Suria hanya berfoya-foya menghabiskan harta warisan ayahnya.
Zubaedah istrinya tidak pernah diperhatikan. Terlebih lagi, selama tiga tahun, dia pergi meninggalkan istrinya yang sedang hamil.
Bahkan Suria tidak mengetahui ketika istrinya melahirkan anak pertamanya yang bernama Abdullah. Suria pulang ke rumahnya setelah harta warisan ayahnya habis.
Setelah tiba di rumah, Suria menyembah istrinya, memohon maaf atas perbuatannya selama ini, dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan yang tidak baik.
Akhirnya permohonan itu dikabulkan Zubaedah, dengan harapan agar suaminya benar-benar telah menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi.
Tingkah laku Suria memang berubah, tapi untuk sementara waktu saja. Dia bekerja sebagai juru tulis residen di kabupaten, tapi gajinya kecil, yang tidak dapat mencukupi biaya hidup sehari-hari keluarganya.
Tapi seiring waktu, sifat dan karakter buruknya muncul kembali. Perasaan bangga bahwa dirinya berasal dari keturunan bangsawan yang kaya-raya muncul lagi.
Suria tidak mau kalah dengan mertuanya yang telah menyekolahkan Abdulhalim ke HBS.
Dengan terlalu memaksakan diri, walaupun dengan gaji pas-pasan, Suria mengirim Saleh dan Aminah, kedua adik Abdulhalim bersekolah di HIS Bandung.
Karena keputusan Suria yang dipaksakan dan tanpa perhitungan itu, akhirnya membuat istrinya Zubaedah bingung dan pusing.
Mereka tidak mempunyai biaya yang cukup. Jangankan membiayai sekolah kedua anaknya di HIS, untuk makan sehari-hari mereka mengalami kesulitan.
Tapi Suria tenang-tenang saja yang tidak mau dianggap miskin. Dengan menyekolahkan anak-anaknya di kota, dia merasa bahwa masyarakat akan menganggapnya sebagai seorang bangsawan yang dihormati dan disegani.
Setelah sekian waktu, Zubaedah mengeluh kepada ayahnya Haji Hasbullah tentang tingkah laku Suria. Secara rahasia, dia meminta kiriman uang dari ayahnya.
Kiriman dari ayahnya itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak-anaknya, juga dipakai membayar utang-utangnya.
Hampir tiap hari, penagih utang mendatangi rumah mereka. Anehnya, Suria tetap tenang.
Zubaedah yang paling kelabakan karena dialah yang selalu menghadapi para penagih utang yang datang tiap hari, sedangkan Suria hanya bersembunyi saja.
Ternyata Suria menyusun rencana untuk tidak mempedulikan semua itu. Dia yakin akan diangkat menjadi juru tulis.
Suria telah melamar untuk jabatan tersebut dan tinggal menunggu waktu saja.
Karena yakin lamaran kerjanya diterima, Suria berani membeli barang lelangan di kantornya.
Tidak semua barang dibelinya dengan uang kontan, tetapi banyak yang dibeli dengan cara berutang. Hasilnya, utang Suria semakin banyak.
Secara sembunyi-sembunyi Suria juga telah menggelapkan uang kas kantornya.
Tindakan tersebut kemudian diketahui oleh atasannya. Tapi sebelum ditegur oleh atasannya, dia telah mengajukan berhenti bekerja.
Seperti itulah rencana Suria. Setelah berhenti, dia pergi ke rumah anaknya, Abdulhalim.
Seperti yang ia rencanakan, Suria langsung pindah ke rumah Abdulhalim bersama istrinya.
Tingkah laku Suria selama di rumah anaknya tetap buruk, dia bertingkah seolah-olah dialah kepala rumah tangga tersebut.
Abdulhalim beserta istrinya menjadi pusing tujuh keliling dan kebingungan. Kalau menegur ayahnya, mereka tidak berani karena takut durhaka.
Tapi, bila dibiarkan begitu saja, dia merasa kasihan kepada istrinya.
Tapi ada yang merasa sangat malu terhadap tingkah laku Suria adalah istrinya Zubaedah.
Rumah tangga anaknya berantakan akibat ulah suaminya. Karena tidak tahan menahan tekanan batin, Zubaedah jatuh sakit.
Tidak ama kemudian, Zubaedah meninggal dunia dengan membawa hati yang penuh dengan duka nestapa.
Setelah istrinya meninggal, Suria baru sadar dan merasa menyesal atas segala kelakuan yang telah melampaui batas selama ini.
Dia menyesal telah merusak kedamaian kehidupan rumah tangga anaknya.
Suria baru tahu bahwa dialah penyebab kematian istrinya. Oleh karena perasaan malu dan perasaan berdosa yang sangat mendalam,
Akhirnya Suria memutuskan meninggalkan keluarga anaknya, lalu pergi tidak tahu kemana rimbanya.