Festival Sastra Santarang Angkat Ingatan Kolektif, Asyiknya! 25 Oktober 2025 di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Peristiwa

Apa (What): Festival Sastra Santarang (FSS) 2025, hari utama yang mengangkat tema ingatan kolektif dan luka masyarakat NTT.

Siapa (Who): Sastrawan lokal dan nasional, komunitas sastra, dan budayawan dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kapan (When): Hari ini, Sabtu, 25 Oktober 2025, sebagai salah satu sesi penting dalam festival.

Di mana (Where): Pusat Kebudayaan di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Mengapa (Why): Untuk memantik diskusi mendalam tentang trauma, sejarah, dan identitas masyarakat NTT melalui medium sastra, serta sebagai ajang pelestarian budaya daerah (bahasa ibu).

Bagaimana (How): Melalui diskusi panel, pembacaan puisi, dan pertunjukan sastra yang mengangkat tema-tema sosial yang spesifik bagi wilayah tersebut.

Analisis Berita Viral

FSS 2025 menjadi viral karena keberaniannya mengangkat tema berat, yaitu “Luka dan Ingatan Kolektif Masyarakat Nusa Tenggara Timur”.

Sastra digunakan bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai alat terapi dan media untuk merekam sejarah yang terlupakan.

Kegiatan ini mendapatkan sorotan karena dianggap kritis dan relevan dengan realitas sosial di NTT. Festival ini juga menjadi ajang penting untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi bahasa daerah (bahasa ibu) di tengah gempuran globalisasi, seperti yang diungkapkan dalam Festival Sastra Daerah di Atambua tahun sebelumnya.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan

  • Tujuan Utama: Merekam dan menyuarakan sejarah dan identitas sosial masyarakat NTT (termasuk trauma kolektif) melalui karya sastra.
  • Manfaat:
    • Bagi Masyarakat: Memberi ruang penyembuhan dan rekonsiliasi sejarah melalui apresiasi karya sastra.
    • Bagi Sastra Lokal: Mendorong lahirnya karya-karya sastra (puisi, cerpen, novel) yang berakar kuat pada kearifan lokal NTT dan bahasa daerah.

Karya Sastra yang Ditampilkan

  • Puisi: Pembacaan puisi yang bertemakan “Luka dan Ingatan Kolektif” dan karya-karya yang menggunakan bahasa ibu lokal NTT.
  • Esai dan Cerpen: Presentasi dan diskusi karya-karya yang mengeksplorasi isu sosial dan budaya di Nusa Tenggara.

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.