Sastra dalam Berita
| Aspek | Penjelasan Jurnalistik |
| WHAT (Apa) | Deklarasi Sastra Hutan dan Ekokritik: Menyelamatkan Paru-paru Dunia. |
| WHO (Siapa) | Diadakan oleh Komunitas Sastra Khatulistiwa (KSK). |
| WHERE (Di mana) | Taman Alun Kapuas, Kota Pontianak, dengan aksi di atas pohon-pohon besar. |
| WHEN (Kapan) | Selasa, 28 Oktober 2025. |
| WHY (Mengapa) | Menuntut peran sastra dalam perlindungan lingkungan, menyuarakan isu Ekokritik dan keberlanjutan. |
| HOW (Bagaimana) | Anggota KSK melakukan pembacaan puisi di atas pohon, direkam menggunakan drone dan menjadi konten viral di media lingkungan. |
Analisis Peristiwa & Berita Utama
Analisis Viralitas: Aksi pembacaan puisi di atas pohon (gimmick yang unik) yang didukung oleh tema kritis dan sangat relevan (Ekokritik Sastra di tengah isu IKN), menjadikannya konten activism yang menarik perhatian global.
| Peristiwa/Berita | Kata Kunci SEO Terkuat |
| Sastrawan Muda Membaca Puisi di Atas Pohon (Viral) | Sastra Hutan Kalimantan, Ekokritik Sastra Viral, Puisi di Atas Pohon. |
| Deklarasi ‘Khatulistiwa Hijau’ Disorot Media Nasional | Deklarasi Sastra Lingkungan, Komunitas Sastra Khatulistiwa, Sastra Sungai Kapuas. |
| Diskusi Peran Sastra di Tengah Pembangunan IKN | Sastra IKN Nusantara, Kritik Sastra Lingkungan, Puisi Pembangunan. |
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra
- Ekologi Sastra: Menciptakan genre baru Ekokritik Sastra yang berfokus pada hubungan manusia dan lingkungan Kalimantan.
- Advokasi Lingkungan: Menggunakan sastra sebagai alat advokasi untuk menyuarakan perlindungan hutan dan Sungai Kapuas.
- Kesadaran Komunitas: Menggugah kesadaran masyarakat Dayak dan Melayu untuk kembali menghargai kearifan lingkungan tradisional.
Karya Sastra yang Ditampilkan
Judul: Akar di Garis Ekuator
(Kutipan Sastra Pilihan)
Kami berdiri di atas akar yang tak sudi dicabut,
Tepat di garis Ekuator, di bawah matahari yang sama.
Bukan tiang beton yang kami ukir, tapi rima yang menghujam,
Setiap kata adalah janji, setiap frasa adalah hutan yang melawan.
Sungai Kapuas, kau nadi yang menahan luka.
Sastra Hutan adalah sumpah kami hari ini:
Menjadi suara bagi yang tak bersuara, bagi yang hanya bisa rebah.
Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.

