Sastra dalam Berita
Apa yang Terjadi: Pekan Sastra Sulawesi Selatan di Makassar tahun ini berfokus pada eksplorasi dan pementasan adaptasi dari Epos La Galigo, naskah terpanjang dunia, yang menarik perhatian budayawan dan seniman dari berbagai provinsi.
| 5W + 1H | Rincian Jurnalistik |
| What (Apa) | Pekan Sastra Sulawesi Selatan: Pementasan Monolog dan Musikalisasi adaptasi fragmen Epos I La Galigo. |
| Who (Siapa) | Komunitas Sastra Bugis-Makassar, seniman teater, penari, budayawan, dan Pemerintah Provinsi Sulsel. |
| When (Kapan) | Berlangsung dari 25–30 Oktober 2025 (puncaknya hari ini). |
| Where (Di mana) | Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan. |
| Why (Mengapa) | Untuk merayakan dan merefleksikan kembali nilai-nilai historis, kosmologi, dan kepahlawanan yang termuat dalam I La Galigo melalui seni pertunjukan. |
| How (Bagaimana) | Pementasan dilakukan dengan memadukan pembacaan narasi Bugis, dialog monolog, dan tarian tradisional (Pajaga dan Paduppa) di lokasi sejarah (Fort Rotterdam). |
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra
Tujuan:
- Memperingati Warisan Dunia: Mengingatkan masyarakat Indonesia dan dunia akan status I La Galigo sebagai Memory of the World (MoW) UNESCO.
- Regenerasi Nilai: Menanamkan kembali nilai-nilai kepahlawanan dan filosofi hidup masyarakat Bugis-Makassar kepada generasi muda.
Manfaat:
- Pariwisata Budaya: Pementasan di Fort Rotterdam menjadi atraksi budaya unggulan yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
- Kolaborasi Seni: Mendorong kolaborasi lintas seni (sastra, tari, musik) dalam menginterpretasikan teks kuno.
- Peningkatan Kajian: Memicu akademisi untuk terus melakukan kajian mendalam terhadap naskah lisan terpanjang dunia tersebut.
Karya Sastra yang Ditampilkan
Fokus karya adalah pada fragmen kisah Sawerigading dan Sikadongdong.
(Fragmen I La Galigo)
To Tija, To Tenung, To Sangiang. Segala yang berasal dari langit dan yang lahir dari bumi, semua terikat oleh satu janji. Janji Sang Dewata yang terukir di daun lontar.
(Makassar, tempat bertemunya tiga dunia: atas, tengah, dan bawah.)
Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.

