Sastra dalam Berita
Apa yang Terjadi: Komunitas Seni dan Sastra Riau (KSMR) hari ini meluncurkan antologi puisi bertajuk Lanskap Sawit, sebuah karya kolektif yang secara tajam dan artistik mengangkat isu agraria, lingkungan, dan dampak monokultur sawit terhadap kehidupan masyarakat Melayu.
| 5W + 1H | Rincian Jurnalistik |
| What (Apa) | Peluncuran dan bedah buku Antologi Puisi Lanskap Sawit. |
| Who (Siapa) | Komunitas Seni dan Sastra Riau (KSMR), penyair lokal, pegiat lingkungan, dan akademisi dari Universitas Riau. |
| When (Kapan) | Kamis, 30 Oktober 2025. |
| Where (Di mana) | Gedung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau. |
| Why (Mengapa) | Menjadikan puisi sebagai media kritik sosial terhadap perubahan fungsi lahan gambut menjadi perkebunan sawit, yang berdampak pada budaya dan ekologi lokal. |
| How (Bagaimana) | Melalui pembacaan puisi massal yang diiringi musik tradisional zapin, disusul diskusi terbuka dengan panelis dari kalangan lingkungan dan hukum. |
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra
Tujuan:
- Sastra Sebagai Kritik Ekologi: Menggunakan bahasa dan metafora puitis untuk menyuarakan protes ekologis dan agraria yang sulit diungkapkan melalui jalur formal.
- Mendokumentasikan Perubahan Sosial: Mencatat secara artistik perubahan drastis pada lanskap dan budaya Melayu akibat industri sawit.
Manfaat:
- Literasi Lingkungan: Meningkatkan kesadaran publik di Sumatera tentang krisis lingkungan dan sosial yang ditimbulkan oleh praktik monokultur.
- Pengayaan Tema: Memperkenalkan tema-tema baru dalam puisi Indonesia yang berorientasi pada isu-isu hardcore di daerah.
- Kolaborasi Seni: Menggabungkan sastra dengan seni pertunjukan (musik tradisi) untuk memperkuat pesan.
Karya Sastra yang Ditampilkan
Antologi Lanskap Sawit memuat puisi-puisi yang sarat metafora hutan dan perubahan.
“Elegi di Hutan Gambut”
(Puisi oleh Penyair Riau yang Dibacakan)
Dulu, akasia membisik di rawa sunyi,
Kini, barisan sawit berdiri seragam dan tuli.
Pohon-pohon itu tak lagi punya nama Melayu,
Hanya kode pabrik, menukar hijau dengan debu.
Riau, di mana marwah tanahmu kini?
Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.

