Pergelaran Teater Sastra Eksplorasi Sutasoma Kuno, Menawan! Kamis, 30 Oktober 2025 di Kota Solo, Jawa Tengah

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Apa yang Terjadi: Kelompok Teater Kampus di Solo berhasil memukau publik dengan pementasan teater sastra kontemporer yang mengeksplorasi naskah kuno Kakawin Sutasoma (yang memuat frasa Bhinneka Tunggal Ika) dengan sentuhan modern.

5W + 1H Rincian Jurnalistik
What (Apa) Pementasan Teater Sastra Kontemporer Adaptasi Kakawin Sutasoma.
Who (Siapa) Teater Gandrik Muda (nama fiktif untuk kelompok teater kampus), dosen seni, budayawan, dan penonton dari kalangan milenial dan akademisi.
When (Kapan) Malam Kamis, 30 Oktober 2025.
Where (Di mana) Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) atau gedung pertunjukan di Kota Solo.
Why (Mengapa) Untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal, pluralisme, dan toleransi yang terkandung dalam naskah kuno Majapahit melalui medium teater modern.
How (Bagaimana) Menggabungkan dialog Jawa Kuno dan Indonesia dengan musik elektronik dan gerakan tari kontemporer, menjadikan naskah kuno terasa relevan dengan isu persatuan hari ini.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

Tujuan:

  1. Merevitalisasi Naskah Kuno: Menarik minat generasi muda untuk mempelajari dan memahami filosofi yang terkandung dalam karya sastra Nusantara klasik.
  2. Pendidikan Pluralisme: Menggunakan pesan Bhinneka Tunggal Ika dari Sutasoma sebagai landasan pendidikan karakter dan toleransi di tengah isu polarisasi.

Manfaat:

  • Inovasi Seni Pertunjukan: Memperkaya khazanah teater Indonesia dengan eksplorasi naskah kuno yang berani.
  • Literasi Sejarah: Mengajak penonton memahami akar historis falsafah bangsa melalui pertunjukan seni yang menarik.
  • Pusat Kebudayaan: Memperkuat posisi Solo sebagai salah satu pusat utama pengembangan seni dan budaya Jawa.

Karya Sastra yang Ditampilkan

Inti dari pementasan adalah bagian Kakawin Sutasoma yang paling filosofis.

(Petikan Dialog dari Naskah Sutasoma)

Raja Sutasoma: “Jñāna, Dharma, Satya. Itulah tiga jalan kesempurnaan. Kebenaran tidaklah tunggal, sebab sejatinya semua bersumber pada yang satu.”

(Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa)

(Berbeda-beda tetapi tetap satu, tak ada kebenaran yang mendua)

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.