Syeikh Hamzah al-Fansuri (Sastrawan dan Pujangga)

Diposting pada

Tim indoSastra

Syeikh Hamzah al-Fansuri dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga Lama.

Nama lain Syeikh Hamzah al-Fansuri yang sering dipakai adalah Hamzah Fansuri.

Beliau adalah seorang pemikir, ulama, cendikiawan, sastrawan, dan ahli tasawuf atau sufi.

Data mengenai tanggal lahir dan tempat lahir sastrawan ini memang tidak banyak tersedia, informasi dan bukti sangat sulit untuk didapatkan.

Tapi menurut penelusuran oleh Dr. Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama,

serta Prof. A. Hasymi pada penyelidikannya menyebutkan bahwa Syeikh Hamzah al-Fansuri lahir pada abad ke 16 dan meninggal pada abad ke-17 masehi.

Demikian juga mengenai tempat lahir beliau, ada yang mengetakan lahir di Barus yang terletak antara Kota Singkel dan Sibolga (sekarang Barus termasuk dalam Provinsi Sumatra Utara.

Ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir di Syahrun Nawi atau Ayuthia (Ayuthaya) di Siam dan berhijrah serta menetap di Barus.

Dilihat dari sudut sastra, makna di dalam puisi-puisinya susah ditandingi oleh penyair lain pada masa beliau atau masa sesudah beliau.

Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 banyak yang mengikuti dan terbawa oleh kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri.

Jasa besar Syeikh Hamzah Fansuri yaitu memasukkan nuansa puitika dan estetika melayu yang kuat.

Pengaruh estetika dan puitika yang didasarkan oleh Syeikh Hamzah Fansuri di dalam kesusasteraan Indonesia dan Melayu masih terasa sampai abad ke-20.

Bukti pengaruh Syeikh Hamzah Fansuri dapat ditemukan dalam karya penyair pujangga baru seperti Amir Hamzah dan Sanusi Pane,

ada juga pada angkatan 70-an seperti Danarto dan Sutardi Calzoum Bachri yang berada di dalam satu gelombang estetik dengan Syeikh Hamzah Fansuri.

Syeikh Hamzah Fansuri merupakan penulis pertama kitab keilmuan di dalam bahasa Melayu,

dan berhasil mengangkat naik martabat bahasa Melayu dari sekedar lingua Franca menjadi suatu bahasa intelektual dan ekspresi keilmuan yang canggih dan modern.

Jadi jasa beliau yang lain yaitu menjadikan Bahasa Melayu menjadi sangat penting dan melebihi bahasa-bahasa Nusantara yang lain, termasuk bahasa Jawa yang sebelumnya telah jauh lebih berkembang.

Melalui syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Syeikh Hamzah Fansuri, beliau turut berjasa dalam proses Islamisasi bahasa Melayu.

Sangat banyak kata ambilan dari bahasa Arab yang memperkaya kosa kata bahasa Melayu.

Di samping itu, karya-karya beliau juga turut mengintegrasikan konsep-konsep Islam ke dalam sistem bahasa dan budaya melayu.

Karya-karya Syeikh Hamzah al-Fansuri:

  1. Syarb al- ‘Asyiqin atau Zinatul Muwahhidin
  2. Asrar al-‘Arifin fi Bayan ‘Ilm as-Suluk wa at-Tauhid
  3. Al-Muntahi
  4. Ruba’i Hamzah Fansuri
  5. Kasyf Sirri Tajalli ash-Shibyan
  6. Kitab fi Bayani Ma’rifah
  7. Syair Si Burung Pingai
  8. Syair Si Burung Pungguk
  9. Syair Sidang Faqir
  10. Syair Dagang
  11. Syair Perahu
  12. Syair Ikan Tongkol
  13. Syair Burung Unggas
  14. Syair Perahu
  15. Syair Si Burung pipit