Sastra dalam Berita
UNGARAN, JAWA TENGAH – Kegiatan “Ruang Bahasa dan Cerita Bersama Menteri” yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menjadi trending topic hari ini, Minggu, 2 November 2025. Acara yang dihadiri langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah ini dinilai berhasil membawa isu bahasa dan sastra ke ranah kebijakan publik secara santai namun bermakna.
| Unsur Jurnalistik | Keterangan |
| What (Apa)? | Forum dialog santai bertajuk “Ruang Bahasa dan Cerita Bersama Menteri” untuk memperkuat literasi dan karakter bangsa. |
| Who (Siapa)? | Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Bapak Abdul Mu’ti. |
| When (Kapan)? | Viral hari ini, Minggu, 2 November 2025, menjadi sorotan nasional. |
| Where (Di Mana)? | Gedung Balairung Balai Bahasa Jawa Tengah, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. |
| Why (Mengapa)? | Untuk membangun pemahaman, menampung aspirasi, dan menggugah semangat perubahan dalam pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. |
| How (Bagaimana)? | Menggelar dialog langsung antara Menteri dengan 200 peserta, termasuk guru Bahasa Indonesia/Jawa/Inggris, komunitas literasi, dan siswa. |
Tujuan dan Manfaat Kegiatan:
- Tujuan: Mendukung gerakan literasi nasional dan penguatan karakter melalui bahasa, serta memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik.
- Manfaat: Peningkatan Kualitas Pendidikan Bahasa. Adanya dialog langsung dengan pembuat kebijakan dapat memastikan bahwa program pembinaan bahasa, seperti Senarai Istilah Bahasa Jawa (Sibaja), relevan dan dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan ajar di sekolah.
Karya Sastra yang Ditampilkan:
Meskipun fokus utama adalah dialog kebijakan, acara ini juga menjadi ajang berbagi karya sastra dari peserta. Salah satu yang dibacakan oleh seorang Guru Bahasa Indonesia dan mendapat apresiasi Menteri adalah puisi yang menekankan peran guru dalam menumbuhkan literasi:
Judul: Lentera di Kelas Bahasa
(Fragmen Puisi)
Guru, ia pelabuhan bagi kata yang tersesat.
Bukan hanya mengajarkan subjek dan predikat,
Tapi menyalakan lentera di ruang hati yang pekat.
Kami, para penyemai sastra,
Menulis bukan untuk piala, tapi untuk jiwa yang merdeka.
Membaca, bukan hanya melihat huruf,
Tapi mencintai Indonesia dalam setiap tarikan napas.
Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.

