Peluncuran Buku Antologi Puisi Dwi-Bahasa, Menawan! Rabu, 5 November 2025 di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Berita (Jurnalistik + SEO)

Unsur Keterangan Detail SEO & Peristiwa Mencolok
What (Apa) Peluncuran dan diskusi buku antologi puisi dwi-bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Sasak) bertema kearifan lokal Lombok. Bertujuan memperkenalkan bahasa Sasak kepada pembaca nasional.
Who (Siapa) Sastrawan Lokal Lombok (Wiraswasta Sastra) bekerja sama dengan Budayawan Sasak dan Dinas Pendidikan NTB. Dihadiri oleh guru, dosen, dan komunitas bahasa.
When (Kapan) Sore hari, Rabu, 5 November 2025. Acara yang sangat dinantikan oleh komunitas sastra dan bahasa daerah.
Where (Di mana) Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan (Pusdokinfo), Kota Mataram. Tempat yang tepat untuk acara yang berfokus pada literasi dan dokumentasi budaya.
Why (Mengapa Viral) Upaya menyandingkan bahasa daerah dan bahasa nasional dalam satu buku, mempromosikan literasi bahasa Sasak di tengah arus globalisasi. Nilai edukasi dan pelestarian bahasa yang tinggi.
How (Bagaimana) Acara peluncuran diselingi dengan pembacaan puisi dalam dua bahasa secara bergantian oleh para penulis dan influencer lokal. Menarik karena menggabungkan tradisi dan akademik.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

  1. Revitalisasi Bahasa: Menggunakan sastra sebagai metode efektif untuk melestarikan dan merevitalisasi Bahasa Sasak, khususnya di kalangan generasi muda Lombok.
  2. Jembatan Budaya: Menyediakan akses bagi penutur non-Sasak untuk mengapresiasi keindahan sastra lokal Nusa Tenggara.
  3. Pengembangan Sastra Daerah: Mendorong penulis lokal untuk terus menghasilkan karya dalam bahasa daerah, memperkaya khazanah sastra Indonesia.

Karya Sastra yang Ditampilkan (Kutipan/Bagian Penting)

Puisi dari Antologi “Bunga di Atas Batu: Sajak Sasak-Indonesia” (Simulasi):

Kutipan Puisi “Rindu Rinjani” (Simulasi):

Bahasa Indonesia: “Puncak itu memanggil dengan suara batu. Di sana, di ketinggian Rinjani, rindu terasa seperti embun yang beku. Kami, anak-anak Lombok, memanggul segala beban dunia, tapi selalu kembali pada mantra gunung suci ini.”

Bahasa Sasak: “Punang menampiq langan suare batu. Lẽq lẽpõ Rinjani, rindũ nẽ̃ jari ambun bekũ. Sekẽdẽ, dẽdara Lombok, ngempũ̃ sẽ̃dẽ̃ padẽ duniẽ, tapi tetep ulẽ̃q lẽ̃ mantrã gũnung dewã nẽ̃̃.”

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.