Kompetisi Monolog Sastra Bertema Kelautan, Asyiknya! Rabu, 5 November 2025 di Kota Ambon, Maluku

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Berita (Jurnalistik + SEO)

Unsur Keterangan Detail SEO & Peristiwa Mencolok
What (Apa) Kompetisi Monolog Sastra bertajuk “Suara dari Timur: Laut yang Bercerita”. Monolog harus mengangkat tema lingkungan laut, sejarah Banda, atau kearifan lokal Maluku.
Who (Siapa) Komunitas Sastra Ambon (KSA) bekerja sama dengan Lembaga Konservasi Laut. Peserta didominasi oleh anak muda Ambon yang berbakat di bidang seni peran.
When (Kapan) Siang hingga sore, Rabu, 5 November 2025. Menjadi tontonan menarik bagi warga Kota Ambon.
Where (Di mana) Pelataran Patung Martha Christina Tiahahu, Kota Ambon. Lokasi bersejarah dengan pemandangan laut, sangat mendukung tema kelautan.
Why (Mengapa Viral) Sastra digunakan untuk mengadvokasi isu pembatasan hak masyarakat adat atas laut dan pelestarian terumbu karang. Monolog yang ditampilkan sangat emosional dan penuh semangat Maluku.
How (Bagaimana) Peserta menampilkan monolog dengan durasi 10-15 menit, menggunakan latar musik hawaiian dan bahasa Melayu Ambon. Penampilan yang kuat secara emosional dan kontekstual.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

  1. Isu Sentral Kelautan: Mengangkat Maluku sebagai poros maritim Indonesia, menggunakan monolog sebagai media penyampaian pesan konservasi dan hak-hak masyarakat adat pesisir.
  2. Ekspresi Budaya Lokal: Memberikan ruang ekspresi bagi bahasa dan gaya tutur khas Maluku yang kaya, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari sastra nasional.
  3. Kreativitas Generasi Muda: Mengembangkan bakat seni peran dan menulis naskah monolog di kalangan pemuda Ambon.

Karya Sastra yang Ditampilkan (Kutipan/Bagian Penting)

Naskah Monolog (Simulasi) oleh peserta terbaik:

Kutipan Monolog (Simulasi Melayu Ambon):

“Beta pung laut bukan cuma air, Pak. Beta pung laut ini rumah! Di karang-karang sana, ada dongeng tentang nenek moyang. Kenapa sekarang laut jadi bisu? Kapal besar-besar datang, bawa janji kosong, bawa racun. Beta cuma minta satu, kasiang! Balikkan beta pung laut yang dulu, yang ombaknya bicara dengan jujur. Beta ini anak laut! Beta pung nafas ada di ikan-ikan itu!”

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.