Pergelaran Teatrikal Kakawin Raja, Mempesona! Senin, 3 November 2025 di Kabupaten Gianyar, Bali

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Berita Sastra (3 Peristiwa Viral)

Gianyar hari ini menjadi saksi pergelaran seni sastra yang luar biasa, menggabungkan tradisi kuno dengan sinematografi modern.

Apa (What): “Parade Sastra Bali: Rekonstruksi Kakawin Ramayana”. Tiga elemen utama: 1) Pembacaan Kakawin (puisi epik Jawa Kuno/Bali) dengan iringan Gamelan Selonding. 2) Pertunjukan tari teatrikal yang mengadaptasi adegan dari epik tersebut. 3) Diskusi filologi tentang naskah-naskah kuno Bali.

Siapa (Who): Digelar oleh Sanggar Seni Citta Kanti bekerjasama dengan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Dihadiri oleh ahli sastra kuno, I Wayan Rai S..

Kapan (When): Malam ini, Senin, 3 November 2025, dimulai pukul 19.00 WITA.

Di Mana (Where): Bertempat di Puri Agung Peliatan, Ubud, Gianyar.

Mengapa (Why): Untuk menjaga keberlanjutan tradisi Kakawin di tengah gempuran modernisasi dan memperkenalkan kekayaan sastra Hindu-Jawa kepada turis dan generasi muda Bali.

Bagaimana (How): Penampilan Kakawin dilakukan oleh Juru Pawayang yang mahir dalam melantunkan metrum Jawa Kuno, disertai interpretasi visual melalui tari dan musik yang megah.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

Tujuan:

  1. Konservasi Budaya: Mempertahankan dan merevitalisasi sastra klasik Bali (Kakawin) sebagai bagian integral dari identitas budaya.
  2. Edukasi Multidisiplin: Menjadi sarana pembelajaran filologi, sejarah, tari, dan musik tradisional.

Manfaat:

  • Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap naskah-naskah lontar kuno.
  • Mendukung pariwisata berbasis budaya dan spiritual di Ubud.
  • Menciptakan lapangan pekerjaan bagi seniman dan filolog lokal.

Karya Sastra yang Ditampilkan:

Kutipan dari Kakawin Ramayana (Diterjemahkan secara bebas)

KEAGUNGAN RAJA DEWA

Ikang rāma manah sūrya ring tapa, cāndra ning kabhaktyan. Bagaikan matahari dalam keheningan, Rama adalah bulan dalam pengabdian. Sīra sang inalap kirti ning jagat, dadi ikang pabhaktyan nira ring Bapa. Beliaulah yang diangkat sebagai kemasyhuran dunia, karena baktiNya kepada Ayahanda. Lwir agni ring samudra wruh ya, tan pegat ya dumilah ring hati. Ibarat api di lautan, Ia tahu, takkan pernah padam menyala di hati.

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.