Festival Dongeng dan Cerita Rakyat “Bunga Rampai To Manurung”, Asyiknya! Jumat, 31 Oktober 2025 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Festival cerita rakyat di Makassar viral karena menghadirkan storyteller dari berbagai etnis dan berfokus pada mitos-mitos pendiri (To Manurung).

Elemen Jurnalistik Detail Peristiwa
What (Apa) Festival Dongeng dan Storytelling “Bunga Rampai To Manurung” yang mengumpulkan legenda pendiri kerajaan di Sulawesi Selatan.
Where (Di Mana) Di Benteng Fort Rotterdam, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
When (Kapan) Sepanjang hari, Jumat, 31 Oktober 2025.
Who (Siapa) Komunitas Storyteller Makassar (KST), didukung oleh akademisi Unhas dan Puang (sesepuh) dari berbagai daerah.
Why (Mengapa) Untuk menyelamatkan dan mendokumentasikan narasi lisan To Manurung yang menjadi dasar legitimasi budaya dan sejarah Bugis-Makassar.
How (Bagaimana) Storytelling dilakukan dalam tiga bahasa (Indonesia, Bugis, Makassar), diiringi musik tradisional Gandrang Bulo dan pertunjukan Puppet Shadow yang menarik minat anak-anak.

SEO Analisis: Festival Dongeng Makassar, Cerita Rakyat Sulawesi, Legenda To Manurung, Sastra Lisan Bugis.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

Tujuan: Menjaga kelangsungan sastra lisan dan dongeng sebagai media pendidikan karakter dan sejarah di Sulawesi Selatan.

Manfaat:

  • Pendidikan Anak: Menghadirkan sastra lisan sebagai media belajar sejarah yang menyenangkan bagi anak-anak.
  • Konektivitas Antar Generasi: Membangun jembatan komunikasi antara sesepuh (penutur) dan generasi muda (pendengar).
  • Digitalisasi Sastra: Memulai inisiatif digitalisasi cerita rakyat ke dalam e-book atau audiobook gratis.

Karya Sastra yang Ditampilkan

Judul Karya: Bunga Rampai To Manurung (Komplilasi Legenda)

Jenis Karya: Sastra Lisan (Dongeng/Legenda/Folklore).

Kutipan Kunci (Simulasi):

“To Manurung turun dari langit, bukan dengan sayap emas, tapi dengan janji: setiap tanah yang kau pijak harus kau cintai, setiap kata yang kau ucap harus kau pegang. Keturunan kita haruslah orang-orang yang menjaga janji itu.”

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.