Sastra dalam Berita
Rangkuman Berita (Jurnalistik + SEO)
| Unsur | Keterangan | Detail SEO & Peristiwa Mencolok |
| What (Apa) | Lomba baca puisi di atas perahu tradisional Jukung di tengah sungai, bertajuk “Bait di Sungai Barito”. | Merayakan identitas Banjarmasin sebagai Kota Seribu Sungai. |
| Who (Siapa) | Komunitas Sastra Sungai Kalsel (KSSK) bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Banjarmasin. | Dihadiri pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum, juri terdiri dari sastrawan Banjar senior. |
| When (Kapan) | Pagi hari (bertepatan dengan Pasar Terapung), Rabu, 5 November 2025. | Waktu strategis untuk menangkap suasana Pasar Terapung yang ikonik. |
| Where (Di mana) | Sungai Barito, dekat area Pasar Terapung, Kota Banjarmasin. | Lokasi unik yang menjadi ciri khas dan daya tarik Kalimantan Selatan. |
| Why (Mengapa Viral) | Konsep acara yang unik dan fotogenik: membacakan puisi dengan latar belakang perahu Jukung, Pasar Terapung, dan sungai. | Aksi ini mempromosikan sastra dan pariwisata lokal Banjar sekaligus. |
| How (Bagaimana) | Setiap peserta naik Jukung dan membacakan puisi yang bertema sungai, air, dan kehidupan Banjar. | Penilaian berdasarkan artikulasi, interpretasi, dan keselarasan dengan suasana sungai. |
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra
- Identitas Kultural: Menghidupkan kembali sastra yang berakar pada lingkungan geografis lokal (Sungai Barito), menegaskan kembali identitas urang Banjar (orang Banjar) sebagai masyarakat sungai.
- Pariwisata Sastra: Mengubah sungai menjadi panggung budaya, memberikan nilai tambah pariwisata lokal melalui aktivitas intelektual dan seni.
- Kritik Ekologis: Puisi yang dibacakan sering kali berisi kritik tentang polusi dan pengerukan sungai, mendorong perhatian pada ekologi perairan.
Karya Sastra yang Ditampilkan (Kutipan/Bagian Penting)
Puisi wajib (Simulasi) karya penyair Banjar, bertema sungai:
Kutipan Sajak “Jukung, Sajak, dan Pasang” (Simulasi):
“Di atas jukung, kata-kata terasa lebih basah. Air adalah tinta, dan lumpur adalah aksara yang hilang. Kami berlayar, bukan mencari ikan, tapi mencari bait yang terseret arus. Dengarlah, Tuan! Kata-kata di darat terasa kering, tapi di sini, di Pasar Terapung ini, setiap janji dan setiap sumpah adalah puisi yang harus kita tebus sebelum air pasang datang menjemput!”
Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.

