Peluncuran Buku Puisi “Rimba yang Menyimpan Kata”, Indah Banget! Jumat 24 Oktober 2025 di Kota Padang, Sumatera Barat

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman 3 Peristiwa Sastra Viral (5W+1H)

No Peristiwa/Berita Keterangan Jurnalistik (5W+1H)
1 Peluncuran Buku Puisi Bertema Lingkungan What: Peluncuran dan bedah buku puisi tunggal karya sastrawan muda Minang, Rina Puti, berjudul “Rimba yang Menyimpan Kata”. Who: Rina Puti, Komunitas Sastra Pesisir, dan kritikus sastra Dr. Zulkhair (sebagai pembedah). When: Jumat, 24 Oktober 2025, pukul 19.30 WIB. Where: Gedung Pusat Kebudayaan Padang (PKP). Why: Menarik perhatian publik terhadap isu krisis iklim dan kearifan lokal melalui media puisi. How: Acara dikemas dengan pembacaan puisi musikal diiringi musik tradisional saluang.
2 Debat Puisi “Sajak Digital vs Sajak Lisan” What: Sesi diskusi panel mengenai tren penulisan puisi di media sosial (Sajak Digital) versus tradisi pembacaan puisi lisan. Who: Penyair TikTok (Viral Poet) dan sastrawan senior Padang. When: Jumat pagi, 24 Oktober 2025. Where: Kampus Universitas Andalas (Unand). Why: Mengedukasi mahasiswa dan pegiat sastra tentang ruang baru ekspresi sastra dan kualitas karya.
3 Teaterikal Cerpen “Bayang di Jembatan Siti Nurbaya” What: Pertunjukan teaterikal adaptasi cerpen kontemporer yang menyentuh tema urban dan modernitas. Who: Sanggar Teater Randai Muda dan seniman lokal. When: Jumat malam, 24 Oktober 2025. Where: Kawasan Kota Tua Padang (dekat Jembatan Siti Nurbaya). Why: Merespons sejarah dan mitos lokal melalui seni peran dan narasi pendek.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

  • Tujuan: Memberikan platform bagi sastrawan muda untuk mempublikasikan karyanya dan mempromosikan kesadaran lingkungan (ekokritisisme) melalui pendekatan estetika sastra.
  • Manfaat: Mendorong minat baca dan apresiasi sastra di kalangan milenial, serta memperkuat identitas budaya Sumatera Barat melalui revitalisasi bentuk sastra lisan (seperti saluang).

Karya Sastra yang Ditampilkan (Kutipan Puisi)

Rimba yang Menyimpan Kata

Di rimba ini, bukan lagi harimau yang bicara.

Tapi sunyi, suara ranting yang patah,

Catatan purba di batang yang terkelupas.

Ia menyimpan segala kata yang tak sempat kita ucap:

Tentang janji merawat, tentang air mata yang tak tumpah.

Ia puisi yang hidup, sebelum pena kita membunuhnya.

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.