Sastra dalam Berita
Rangkuman 3 Peristiwa Sastra Viral (5W+1H)
| No | Peristiwa/Berita | Keterangan Jurnalistik (5W+1H) |
| 1 | Monolog “Jakarta di Tubuhmu” | What: Pertunjukan monolog dari cerpen pemenang Sayembara Cerpen Kompas yang mengangkat isu urban anxiety dan migrasi. Who: Aktor senior Didit Prakosa, disutradarai oleh Seno Gumira Ajidarma. When: Jumat, 24 Oktober 2025 (sold out untuk dua sesi). Where: Auditorium Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Why: Menampilkan realitas sosial perkotaan dan konflik batin manusia modern. How: Monolog menggunakan panggung minimalis dan efek suara bising kota. |
| 2 | Klinik Menulis Fiksi Populer | What: Workshop intensif mengenai teknik menulis fiksi populer (YA dan self-improvement) yang diminati pasar. Who: Penulis best-seller Tere Liye dan editor dari penerbit mayor. When: Jumat pagi hingga sore, 24 Oktober 2025. Where: Perpustakaan Kota Yogyakarta. Why: Memberikan keterampilan praktis kepada penulis pemula agar menembus pasar nasional. |
| 3 | Pameran Manuskrip Chairil Anwar Digital | What: Pameran arsip digital (replika) manuskrip puisi, surat, dan foto-foto Chairil Anwar yang belum dipublikasikan luas. Who: Kurator Sastra FIB UGM. When: Dibuka Jumat, 24 Oktober 2025. Where: Galeri Sastra, Kampus UGM. Why: Merayakan jejak sastra modern Indonesia dan mengedukasi sejarah sastra. |
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra
- Tujuan Utama: Memberikan wadah apresiasi tertinggi untuk karya fiksi kontemporer, serta mengeksplorasi batas antara seni peran dan narasi sastra (dramatisasi cerpen).
- Manfaat Sosial: Memperkaya khazanah teater Indonesia dengan adaptasi karya sastra dan mendorong penulis menghasilkan karya yang relevan dengan isu sosial-politik.
Karya Sastra yang Ditampilkan (Kutipan Cerpen/Monolog)
Jakarta di Tubuhmu
“Ia bilang, setiap kali hujan di Jakarta, ada sepi yang tumpah di dadanya. Sepi itu bukan karena tidak punya teman, tapi karena ia tahu, seribu kilometer dari sini, sawah bapak sedang kekeringan. Jakarta, kota yang memberi gaji, sekaligus yang merenggut ingatan tentang tanah. Maka, ia memejamkan mata, membiarkan Jakarta tetap menjadi bising yang bersarang di tubuhnya.”
Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.

