Malam Pembacaan Epik “Sureq Galigo”, Mempesona! Rabu, 5 November 2025 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Rangkuman Berita (Jurnalistik + SEO)

Unsur Keterangan Detail SEO & Peristiwa Mencolok
What (Apa) Malam pembacaan naskah epik Bugis kuno, Sureq Galigo, dengan format pementasan teater musikal. Bertujuan melestarikan sastra lisan dan naskah kuno terpanjang dunia.
Who (Siapa) Komunitas Sastra Bugis-Makassar (KSBM) dan akademisi Universitas Hasanuddin. Menarik perhatian filolog dan pemerhati sastra kuno nasional.
When (Kapan) Malam hari, Rabu, 5 November 2025. Tepat setelah upacara adat penyambutan.
Where (Di mana) Benteng Fort Rotterdam (Benteng Ujung Pandang), Kota Makassar. Lokasi bersejarah yang menambah kedalaman makna pementasan.
Why (Mengapa Viral) Pementasan Sureq Galigo yang jarang dilakukan secara utuh, menampilkan keindahan bahasa Bugis kuno, dan mendapat liputan luas karena nilai historisnya. Menjadi momen penting dalam pemertahanan bahasa dan sastra daerah.
How (Bagaimana) Pembacaan dilakukan oleh Paddaga (dalang/pembaca epik) secara bergantian, diiringi musik tradisional Kecapi dan tarian. Menyajikan pengalaman teater yang otentik dan megah.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

  1. Pelestarian Budaya: Menghidupkan kembali sastra Bugis kuno Sureq Galigo, memastikan kekayaan naratif dan bahasa epik ini tetap dipahami oleh generasi muda.
  2. Identitas Sejarah: Memperkuat rasa bangga dan identitas kultural masyarakat Sulawesi Selatan terhadap sejarah panjang dan peradaban yang tercatat dalam naskah tersebut.
  3. Pendidikan: Menjadi sumber belajar bagi mahasiswa sastra dan sejarah mengenai struktur naratif dan nilai-nilai kosmologi Bugis.

Karya Sastra yang Ditampilkan (Kutipan/Bagian Penting)

Karya utama yang ditampilkan adalah Sureq Galigo (Epik Bugis, Abad ke-14 Masehi).

Kutipan Galigo (Simulasi Terjemahan Bebas):

“Ketika langit dan bumi masih bergoyang, ketika manusia pertama belum mengenal aksara, Puang Matua telah menaburkan benih kata dari langit. La Galigo turun, bukan membawa pedang, tapi membawa kisah. Kisah tentang cinta yang disulam di antara badai, dan keberanian yang diukir dari tulang ikan. Inilah Sureq, surat panjang yang takkan pernah tamat, selama darah Bugis masih mengalir menuju laut.”

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.