Workshop Sastra Kain Tenun dan Puisi Aksara Lontar, Asyiknya! Selasa, 28 Oktober 2025 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur

Diposting pada

Sastra dalam Berita

Aspek Penjelasan Jurnalistik
WHAT (Apa) Workshop Sastra Kain Tenun dan Puisi Aksara Lontar.
WHO (Siapa) Diselenggarakan oleh Komunitas Sastra Lontar Kupang, melibatkan penenun dan budayawan.
WHERE (Di mana) Museum NTT, Kota Kupang.
WHEN (Kapan) Selasa, 28 Oktober 2025.
WHY (Mengapa) Mengintegrasikan seni Tenun dan Aksara Lontar, serta melestarikan kearifan lokal.
HOW (Bagaimana) Peserta diajak menenun satu baris puisi di kain yang mereka buat, menjadikannya karya seni rupa sekaligus sastra yang viral.

Analisis Peristiwa & Berita Utama (SEO Kuat)

Analisis Viralitas: Inovasi penggabungan seni tradisional (Tenun dan Aksara Lontar) menjadi narasi yang unik. Konsep “menenun puisi” memberikan nilai jual tinggi bagi produk budaya dan menarik perhatian media kerajinan.

Peristiwa/Berita Kata Kunci SEO Terkuat
Puisi ‘Ditenun’ di Kain Timor Pakai Aksara Lontar Sastra Kain Tenun, Puisi Aksara Lontar, Workshop Sastra Kupang Viral.
Motif Cincin Kawin Sumba Dinarasikan Lewat Puisi Puisi Motif Tenun Sumba, Sastra Budaya NTT, Nilai Filosofis Kain.
Diskusi Refleksi Sastra di Tanah Kering dan Harapan NTT Sastra Nusa Tenggara, Puisi Tanah Kering, Ekokritik NTT.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan Sastra

  1. Integrasi Seni Tradisional: Mengangkat Tenun sebagai medium sastra, menjadikannya ‘teks’ yang bisa dibaca.
  2. Revitalisasi Aksara Kuno: Memperkenalkan dan mengajarkan kembali Aksara Lontar kepada generasi muda.
  3. Pemberdayaan Kreatif: Mendorong pengrajin tenun melihat produk mereka sebagai karya sastra dengan nilai filosofis tinggi.

Karya Sastra yang Ditampilkan

Judul: Benang yang Mengingat Aksara

(Kutipan Sastra Pilihan)

Bukan hanya benang yang melintang di alat tenun ini, Tapi garis tangan yang mencatat setiap janji, setiap aksara. Aksara Lontar itu tak hanya dibaca di daun nipah, Ia ditenun di kain Sumba, di pelangi yang dibawa Lopo.

Motif Timor adalah puisi tersembunyi: Setiap lekuk adalah bait, setiap warna adalah nada rindu. Di tanah kering Kupang ini, sastra tak pernah mati.

Semoga peristiwa sastra diatas dapat melepaskan dahaga akan bahasa nan indah menawan, dan menceriakan hidup yang lebih kaya makna.